Translate

Thursday 7 March 2013

MASALAH POKOK : JIWA MANUSIA

thanks to Wildan Mubarak
Kita semua telah tahu jalan yang Adam pilih. Di antara kedua pohon itu, Adam telah takluk kepada iblis, ia makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Tindakannya itu telah menentukan arah perkembangan hidupnya.

Sejak saat itu, ia bisa menggunakan pengetahuannya, karena  sudah “mengetahui”. Disinilah kita menjamah titik pokok buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu telah membuat manusia pertama itu terlampau mengembangkan jiwanya.


Emosinya telah tergerak oleh karena buah itu menarik pandangan mata, sehingga timbul ”keinginan” dalam hatinya. Pikiran dan daya pertimbangannya juga berkembang, karena buah itu telah membuatnya memiliki ”hikmat”; tekadnya pun menjadi kuat, sehingga ia bisa mengambil keputusan ke arah mana ia akan menempuh.

Buah itu membuat  jiwanya berkembang, bahkan dengan sepenuhnya berkembang. Sejak saat itu, manusia bukan sekedar jiwa yang hidup, bahkan lebih lagi, ia hidup berdasarkan jiwa. Manusia tidak hanya memiliki jiwa, bahkan sejak hari itu jiwa dengan pilihan bebasnya itu telah menggantikan roh manusia sebagai daya hidup manusia.

Kita perlu memisahkan dua hal, karena perbedaan keduanya sangat penting. Allah tidaklah mempersoalkan – pada hakekatnya Ia memang menetapkan demikian – kita memiliki jiwa, sebagaimana Ia mengaruniakannya kepada Adam.

Tetapi yang Allah ingin kerjakan ialah membetulkan duduk perkaranya. Hari ini, persoalan manusia tidak terletak pada adanya jiwa dalam diri manusia, tetapi karena manusia hidup berdasarkan jiwa. Inilah yang di timbulkan oleh iblis melalui menipu manusia sehingga jatuh. Ia menjerumuskan manusia, menipu manusia agar memilih jalan yang bisa mengembangkan jiwa, supaya manusia menempuh hidupnya berdasarkan jiwa.

Tetapi, kita perlu hati-hati, karena pemulihan atau penyelamatan terhadap hal ini bukan berarti sama sekali menyingkirkan jiwa manuisia. Kita tidak bisa berbuat demikian. Seandenya hari ini salib benar-benar bekerja atas diri kita, kita tidak akan menjadi orang yang pasif, mati rasa, atau tanpa perasakan sedikitpun.


Tidak, kita tetap memiliki jiwa; kapan saja kita menerima sesuatu dari Allah, jiwa tetap terpakai sebagai satu organ, satu kemampuan, namun ia mutlak taat kepada Allah. Masalahnya, apakah kita menjaga agar jiwa kita tetap berada pada batasan yang telah Allah tetapkan, yaitu batasan yang sebermula Allah tetapkan di Taman Eden? Yang Allah kerjakan hari ini, seolah seperti seorang tukang kebun anggur yang sedang memotong ranting atau daun pohon-pohon anggur.

Di dalam jiwa kita ada suatu perkembangan yang telah terkendali, suatu pertumbuhan yang tidak beraturan, yang perlu dipotong dan dibereskan. Allah harus menyingkirkan hal-hal itu. Karena itu, kini di depan kita ada dua perkara yang wajib kita tampak.


Pertama, Allah akan memimpin kita sedemikian rupa sehingga kita hidup berdasarkan hayat AnakNya. Kedua, Dia terus bekerja di dalam kita guna menyingkirkan sumber alamiah yang berasal dari buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Setiap hari kita mempelajari dua pelajaran ini; bertumbuhnya satu hayat, terkekang dan tersingkirkannya hayat jiwa. Kedua proses ini terus berlangsung demikian, karena yang dikehendaki Allah atas diri kita ialah hayat AnakNya bertumbuh dewasa di dalam kita, sehingga kita bisa mengekspresikan diriNya.

Untuk mencapai ini, Ia akan membawa jiwa kita kembali ke titik permulaan Adam tercipta. Sebab itulah Paulus berkata, dalam 2.KORENTUS.4:11. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

Artinya, tanpa bersandar pada Allah, aku tidak akan bergerak. Aku tidaklah puas diri dan memandang diri lumayan. Aku tidak karena diri sendiri berkekuatan lalu melakukan sesuatu. Kalaupun atas diriku ada bakat alam, aku tidak akan menggunakannya, aku tidak lagi bersandar pada diri sendiri.

Begitu Adam memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, ia segera mewarisi satu kekuatan untuk bekerja, namun kekuatan ini justru malah membantu iblis. Saat Anda mengenal Tuhan, kekuatan ini pasti hilang.

Tuhan menyingkirkannya, sehingga Anda merasakan bahwa Anda tidak bisa melakukan sesuatu dari diri sendiri. Dengan demikian, Anda pun hidup bersandarkan satu hayat yang lain, sambil menyerap segala sesuatu darinya.

Saya rasa, sedikit banyak kita masing-masing mengenal diri sendiri, tetapi diantara kita sedikit sekali yang benar-benar merasa “ takut “ terhadap diri sendiri. Kadang kala, kita berbasa-basi kepada Allah, ”Kalau Allah tidak menghendaki, aku tidak dapat berbuat apa-apa.”

Sebenarnya, dalam benak kita berpikir, kalau pun Tuhan tidak menghendaki dan tidak memberi kekuatan aku tetap bisa melakukan dengan baik. Sering kali kita bertindak, berpikir, atau memutuskan sesuatu bersandarkan diri sendiri tanpa menghiraukan Allah.


Hari ini, banyak orang Kristen yang jiwanya terlalu berkembang. Di dalam diri sendiri, kita telah bertumbuh terlalu besar, kita telah menjadi jiwani yang besar. Dalam keadaan demikian, hayat AnakNya di dalam kita pasti akan terkekang dan tertekan, sehingga hampir-hampir tidak bisa bergerak.

KEKUATAN ALAMIAH DAN PEKERJAAN ALLAH.
Kita semua memiliki daya kekuatan jiwa. Setiap orang yang pernah belajar dihadapan Tuhan, pasti menolak prinsip ini sebagai prinsip hidup; mereka tidak membiarkannya berkuasa, dan tidak membiarkannya menjadi sumber penggerak dalam pekerjaan Allah.
Tetapi bagi orang-orang yang belum pernah belajar di hadapan Allah, mereka malah bersandar padanya, mereka mempergunakannya, bahkan mengira bahwa itu adalah satu-satunya kekuatan. Sebagian di antara kita pernah berpikir bila ada orang yang bertabiat baik, berotak cerdas, cekatan dalam bekerja dan mengambil keputusan.
Lalu dalam hati kita berkata, “ Seandainya orang ini bisa menjadi orang Kristen, pasti akan menjadi satu kekayaan gereja yang sangat berguna! Seandenya orang ini milik Tuhan, pasti ia akan berfaedah sekali bagi kepentingan Tuhan !“

Kita harus tahu, dari mana sumber semua penampilan orang itu? Kecekatannya bekerja dan kejeliannya mengambil keputusan itu bersumber dari mana? bukan berasal dari hayat baru, karena ia belum dilahirkan kembali.

Kita semua tahu, bahwa kita dilahirkan dari daging, karena itu kita perlu dilahirkan kembali. Dalam YOHANES.3:6.Tuhan Yesus berkata, “Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging “  
Jadi semua yang tidak berasal dari kelahiran baru, pasti berasal dari Alamiah, yaitu daging; dan daging hanya dapat mendatangkan kemuliaan bagi manusia, daging tidak akan mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Kedengarannya perkataan ini menusuk telinga, tetapi memang benar demikian.

Kita menyinggung tentang kekuatan jiwa atau kekuatan alamiah. Sebenarnya apakah kekuatan alamiah itu? Pendek kata, segala yang mampu kita lakukan, semua apa adanya diri kita, semua bakat alamiah kita, itulah kekuatan alamiah kita. Tak seorang pun yang tidak memiliki kekuatan alamiah, sebab itu, kita harus terlebih dulu mengenalnya. 


Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 26 Juli 2009

No comments:

Post a Comment