Translate

Tuesday 12 March 2013

MELAYANI MENURUT PERKENANNYA

MARKUS.14:9.”Di mana saja Injil diberitakan......... apa yang dilakukannya ini akan disebut juga”
Mengapa Tuhan mengatakan ini? Karena Injil diharapkan menghasilkan hal semacam ini; inilah tujuan pemberitaan Injil. Injil tidak hanya untuk memuaskan orang berdosa. Puji Tuhan orang berdosa mendapatkan kepuasan!

Tetapi kita harus tahu, kepuasan bagi orang berdosa hanya merupakan suatu berkat sampingan dari Injil, bukan tujuan utamanya. Tujuan utama pemberitaan Injil ialah Tuhan dipuaskan.

 
Saya khwatir, tatkala kita memberitakan Injil, kita terlalu menekankan manfaat yang diperoleh orang berdosa dan tidak begitu memperhatikan apa yang menjadi kehendak hati Tuhan. Yang kita pikirkan selalu berkisar bagaimana kesudahan orang berdosa tanpa Injil.
Tetapi ingatlah, ini bukan tujuan utama dari Injil. Ya puji Allah! Dalam Injil ada bagian bagi orang berdosa; Allah memenuhi keperluan manusia dan mencurahkan berkat yang berlimpah kepada manusia. Tetapi ini bukan hal yang terpenting.

Yang utama adalah segala sesuatu harus menjadi kepuasan bagi Anak Allah. Bila Ia dipuaskan, barulah kita bisa puas dan orang berdosa bisa puas. Saya belum pernah bertemu dengan orang yang memuaskan hati Tuhan tetapi dirinya sendiri tidak puas. Tidak mungkin ada hal demikian. Bila kita terlebih dulu memuaskan Dia, kita pun akan dipuaskan.


 Kita harus ingat, Ia tidak akan puas bila kita tidak “memboroskan” diri kita ke atas diriNya. Pernahkah Anda memberikan terlalu banyak kepada Tuhan? Satu pelajaran yang harus kita pelajari dalam hal pelayanan kepada Allah, yaitu prinsip “pemborosan” adalah prinsip kekuatan. Prinsip penolakan” menentukan kegunaan kita. Kegunaan yang sejati dalam tangan Allah diukur dengan “pemborosan”.

Semakin Anda merasa bahwa Anda bisa melakukan, dan semakin memakai bakat Anda semaksimal mungkin, (bahkan ada yang melampaui batas) untuk melakukan pekerjaan Anda, Anda akan semakin menemukan bahwa Anda telah menerapkan prinsip dunia, bukan prinsip Tuhan.
Semua penanggulangan Allah terhadap diri kita bertujuan menegakkan satu prinsip didalam kita, yaitu pekerjaan yang kita lakukan bagi Dia, harus bersumber dari pelayanan kita kepadaNya. Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu melakukan apa-apa; maksud saya, kita harus terlebih dulu memperhatikan diri Tuan, bukan pekerjaanNya.

Sekarang mari kita melihat hal-hal yang sangat praktis. Anda berkata, “Aku telah melepaskan satu kedudukan, aku telah melepaskan satu jabatan, aku telah melepaskan satu kesempatan yang sangat baik bagi masa depan, demi untuk mengikuti Tuhan di jalan ini.  
Kini aku berusaha melayani Dia. Kadang-kadang nampaknya Tuhan mendengarkan aku, kadang-kadang Ia membiarkan aku menunggu sejangka waktu sebelum mendapatkan jawaban yang pasti. Kadang-kadang Ia memakai aku, tetapi kadang-kadang Ia seolah mengabaikan aku.

Saat demikianlah, aku lalu membandingkan diriku dengan seorang saudara lain yang berada dalam satu organisasi. Tadinya, ia juga memiliki satu masa depan yang baik, tetapi ia tidak mau melepaskannya; ia tetap di dalamnya sambil melayani Tuhan.  
Ia telah menyelamatkan sejumlah jiwa dan Tuhan memberkati pelayanannya. Ia sukses (yang kumaksud di sini bukan material, melainkan kerohanian). Kadang-kadang aku merasa, bahwa ia lebih mirip Kristus dari padaku. Hidupnya begitu gembira dan puas.

Lalu, apa sebenarnya yang kuperoleh di jalan ini? Ia melewati hari-hari dengan baik, tetapi aku melewati hari-hariku dengan buruk. Ia tidak menempuh jalan ini, tetapi dalam pandangan orang Kristen, ia memiliki “kharisma” rohani; sedangkan aku malah mengalami berbagai macam kerumitan. Sebenarnya apa maksud semua ini?
Apakah aku sedang memboroskan hidupku?
Benarkah aku memberikan terlalu banyak?

Di sinilah persoalan Anda. Anda merasa, seandainya Anda mengikuti jejak saudara lain itu – seandainya Anda mempersembahkan diri sekedar untuk mendapat berkat, dan bukan untuk menderita kesulitan; sekedar untuk dipakai Tuhan tetapi bukan untuk dikucilkan Tuhan – segalanya akan beres dan baik.
Namun benarkah demikian? Anda sendiri jelas tahu, tidaklah demikian. Palingkanlah mata Anda dari orang lain! Pandanglah Tuhanmu, dan bertanyalah kepada diri Anda sendiri, apa yang paling dihargaiNya.
Prinsip pemborosan adalah prinsip yang dipakaiNya untuk menendalikan kita. “ Ia melakukan hal ini untuKu” Kepuasan yang sejati baru didapatkan oleh Anak Allah, bila kita benar-benar seperti yang dikatakan orang-orang, bahwa kita telah “memboroskan” diri padaNya. Kelihatannya kita telah memberikan terlalu banyak tanpa mendapatkan terlalu banyak tanpa mendapat apa-apa, tetapi inilah rahasia menyenangkan hati Allah. 

Saudara yang kekasih, apa yang kita cari? Apakah kita mencari “kegunaan” seperti yang dicari murid-murid itu? Mereka ingin setiap rupiah dari tiga ratus dinar itu digunakan sepenuhnya. Persoalannya ialah, mereka ingin adanya “kegunaan” yang nyata bagi Allah dalam arti bisa diukur dan dibukukan. Tetapi Tuhan sedang menanti kita berkata,” Tuhan, akau tidak peduli semua itu, asal akau bisa menyenangkan hatiMu, cukuplah.”
MENDAHULUI MENGURAPI TUHAN.

MARKUS.14:6-8.14:6 Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. 14:7 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. 14:8 Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.

Dalam ayat ini Tuhan Yesus memakai istilah “persiapan” sebagai kata petunjuk waktu. Hal ini dapat kita terapkan pada hari ini sama pentingnya bagi kita sekarang, sebagaimana bagi Maria di masa itu. Kita semua tahu, pada zaman yang akan datang, Tuhan akan mengamanatkan kepada kita perkara yang lebih besar, bukan malah menganggur.

“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam hal kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. MATIUS.25:21;
bandingkan dengan MATIUS.24:47. Dan LUKAS.19:17. Ya, kelak akan ada pekerjaan yang lebih besar yang akan diserahkan kepada kita; karena pekerjaan dalam rumah Allah akan terus berlangsung, sama seperti dalam kisah ini, bahwa perawatan terhadap orang-orang miskin terus berlangsung.

Orang-orang miskin akan selalu bersama mereka tetapi mereka tidak dapat selalu bersamaNya. Maria harus mendahului melakukan sesuatu, kalau tidak, kelak tidak akan ada kesempatan lagi. Inilah perkara yang dipaparkan dalam pengurapan minyak narwastu keatas diri Tuhan.

Saya percaya, pada hari itu, kita semua akan mengasihi Dia, bahkan melebihi keadaan sekarang. Namun berbahagialah mereka yang pada hari ini telah mencurahkan segalanya kepada Tuhan. Ya, saat kita berhadapan wajah denganNya, saya percaya kita semua akan memecahkan an menuangkan segala sesuatu untukNya. Tetapi hari ini, apa yang kita lakukan?
Beberapa hari setelah Maria memecahkan buli-buli pualam dan mencurahkan minyak narwastu ke atas kepala Yesus, juga ada beberapa perempuan yang pagi-pagi sekali sudah bangun untuk mengurapi tubuh Tuhan. Dapatkah mereka melakukannya? Berhasilkah mereka pada hari pertama minggu itu? Hanya ada satu orang yang berhasil mengurapi Tuhan, dialah Maria, karena dia telah mendahului mengurapiNya. Yang lain tidak bisa melakukannya lagi kerena Ia telah bangkit.
Jadi, saya rasa, dalam aspek ini betapa pentingnya masalah waktu bagi kita. Bagi kita, letak seluruh persoalan ialah, apa yang kita lakukan hari ini bagi Tuhan? Sudahkah mata kita tercelik sehingga nampak betapa mustika Dia yang kita layani? Sudahkah kita nampak, bahwa Dia yang kita layani?

Sudahkah kita nampak, bahwa Dia layak memperoleh segala sesuatu yang tersayang, termahal, termustika? Sudahkah kita nampak, bahwa semua pekerjaan untuk orang-orang miskin, pekerjaan untuk kebaikan dunia, pekerjaan untuk jiwa-jiwa manusia dan untuk kebaikan orang dosa, - semua itu memang perlu dan juga bernilai – haruslah tidak melampaui kedudukannya baru terhitung benar?
Hanya bekerja untuk pekerjaan itu tidaklah terhitung jika dibandingkan dengan pekerjaan yang kita lakukan di atas diri Tuhan. Tuhan perlu membuka mata kita, agar kita nampak kemustikaan diriNya. Jika di dunia ini ada satu benda seni (antik) yang mahal, dan saya membayar harga yang tinggi untuk barang itu, mungkin satu juta, atau sepuluh juta, atau bahkan seratus juta rupiah, beranikah orang mengatakan itu suatu pemborosan?
Pandangan pemborosan muncul dalam kekeristenan hanya bila orang Kristen salah menilai Tuhan kita. Persoalannya ialah sejauh mana penghargaan kita terhadapNya? Jika kita tidak begitu menghargaiNya, penyerahan yang paling sedikit pun kepadaNya akan kita anggap pemborosan.
Tetapi jika kita benar-benar menghargaiNya, tidak ada yang terlalu mahal bagiNya. Sampai pun kita mencurahkan semua barang yang paling berharga dan paling mustika bagi kita, kita tidak akan merasa bahwa perbuatan ini adalah perbuatan yang memalukan.
Tentang maria Tuhan berkata, “Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya”. Apa artinya? Artinya, ia telah memberikan segala apa yang ada padanya. Ia tidak menyisakan sesuatu untuk kelak. Ia telah menghabiskan semua yang dimilikinya di atas diri Tuhan.

Karena itu, pada pagi hari kebangkitan, ia sama sekali tidak menyesali perbuatannya yang ia anggap boros itu. Tuhan tidak akan dipuaskan jika kita tidak memberikan “apa yang dapat kita lakukan”.

Saya tidak mengatakan bahwa kita harus menghabiskan tenaga dan kekuatan kita untuk melakukan sesuatu bagi Dia; ini bukan tujuan pembahasan kita. Yang di inginkan Tuhan Yesus atas diri kita adalah kita mau meletakkan hidup kita di bawah kakiNya, karena kita telah nampak kematianNya, penguburanNya, dan masa yang akan datang.
Pada hari itu, di Betania, hal penguburanNya sudah terbayang; hari ini, yang terbayang di depan kita ialah pemakotaanNya, yaitu Dia akan di dalam kemuliaan disambut dan dinyatakan sebagai Yang Terurap, Kristus Allah.

Ya, pada hari itu kita akan menuangkan segala kita ke atas diriNya! Tetapi sangatlah berharga, - dan ini adalah hal yang paling berharga bagiNya – bila kita mengurapiNya sekarang, bukan dengan minyak material, melainkan dengan sesuatu yang paling berharga bagi diri kita.

Disini, semua hal yang luaran dan dangkal tidak tidak ada kedudukan. Semua itu dibereskan oleh salib; kita pun mengakui penghakiman Allah dan dalam pengalaman belajar mengerat hal itu.
Hari ini, yang Allah minta dari diri kita adalah yang diwakili oleh buli-buli pualam itu, yaitu sesuatu yang digali dari kedalaman, sesuatu yang telah mengalami pengukiran, penggosokan, pengubahan, dan penggarapan.

Karena itu berasal dari Tuhan, maka kita sangat menghargainya sebagaimana Maria menghargai buli-buli minyak narwastunya. Kita sangat menyayangkan sehingga tidak tega memecahkannya.
Tetapi sekarang, biarlah kita dengan segenap hati kita, dari batin kita yang terdalam, membawa benda yang sangat kita sayangi itu ke hadapan Tuhan, memecahkannya dan mencurahkannya, sambil berkata, “Tuhan semuanya ada disini. Semuanya ini milikMu, karena Engkau layak!” Demikianlah Tuhan baru mendapatkan apa yang di inginkanNya. Semoga hari ini juga Ia telah menerima pengurapan semacam itu dari kita.
&
 Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 13 September 2009.



No comments:

Post a Comment