Translate

Saturday 16 March 2013

1.DASAR PERSEMBAHAN DIRI – PEMBELIAN ALLAH


 Kita mungkin bertanya lebih lanjut, dari manakah Allah membeli kita? Beberapa orang mengira bahwa Allah telah membeli kita dari kuasa si Iblis, atau Allah telah membeli kita dari belenggu dosa, atau Allah telah membeli kita dari dunia.

Tetapi anggapan-anaggapan itu tidak sesuai dengan kebenaran. Membeli sesuatu menyiratkan suatu pengakuan bahwa hak kepemilikan sebelumnya itu sah; karena itu, seseorang harus menggunakan cara yang sah – pembelian – untuk mendapatkan hak kepemilikan itu. 

Kuasa Iblis, belenggu dosa, dan penjajahan dunia semuanya tidak sah. Allah tidak pernah mengakui bahwa perkara-perkara itu sah. Karena itu, Allah tidak perlu membeli kita dari siIblis, dosa dan dunia. Iblis, dosa dan dunia merampas kita dengan cara tidak sah, menawan kita, dan menduduki kita.


Allah menyelamatkan kita melalui pekerjaan penyelamatan Tuhan di atas salib. Karena itu, dalam aspek ini,perkara di atas adalah penyelamatan, bukan pembelian. Lalu dari manakah Allah membeli kita? GALATIA.4:5.”Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat,” Ayat ini mengungkapkan kepada kita bahwa Allah telah menebus kita dari hukum Taurat; Allah telah membeli kita dari hukum Taurat.

http://www.zazzle.com/
Mengapa Allah menebus kita dari hukum Taurat? Karena ketika kita berdosa dan jatuh, kita tidak hanya jatuh ke bawah Iblis, dosa dan dunia, menjadi tawanan mereka, tetapi juga melanggar keadilan Allah, melanggar hukum Allah, menjadi orang-orang yang berdosa.
Karena kita telah menjadi orang-orang berdosa, kita jatuh di bawah hukum Allah dan kita ditahan oleh hukum tersebut. Fakta bahwa kita ditahan oleh hukum Allah mutlak benar dan sah. Karena itu, jika Allah ingin melepaskan kita dari bawah hukumNya yang adil, Ia harus membayar lunas untuk memenuhi tuntutan hukumNya. 

Harga ini adalah darah Kristus yang ditumpahkan oleh AnakNya. Karena darah ini memenuhi  tuntutan hukum tersebut, kita ditebus dari hukumNya yang adil, yaitu dibeli dari bawah hukum Taurat. Sejak kita ditebus, kita telah dibebaskan dari kuasa hukum Taurat; kita tidak lagi berada di bawah otoritasnya. Sebelumnya, kita adalah milik hukum Taurat, tetapi sekarang kita adalah milik Allah.
Hak kepemilikan atas kita telah dipndahakan dari hukum Taurat ke tangan Allah. Atas dasar pemindahan hak inilah Allah menghendaki kita untuk mempersembahkan diri kepadaNya. Karena itu, hak kepemilikan Allah atas kita melalui pembelian inilah yang menjadi dasar mengapa kita seharusnya mempersembahkan diri kepada Allah. 

Ketika kita memimpin orang untuk mempersembahkan diri mereka atau ketika kita memeriksa persembahan diri sendiri, kita harus tahu dasar persembahan diri ini. Kita harus nampak bahwa kita telah dibeli oleh Allah dan hak kepemilikan atas diri kita telah dipindahkan kepada Allah. 

Karena itu, kita  tidak lagi dalam tangan kita sendiri. Kita bukan lagi milik kita sendiri. Jadi, kalau kita mengenal dasar persembahan diri, persembahan diri kita akan stabil dan mantap. Jika kita memeriksa pengalaman persembahan diri orang-orang Kristen, kita akan menemukan bahwa mereka kebanyakan tertarik oleh kasih Tuhan. 
Motivasi ini sangat baik dan masuk akal. Tetapi jika kita mempersembahkan diri kepada Tuhan hanya karena tertarik oleh kasih Tuhan, apakah persembahan diri ini akan mantap? Pengalaman membuktikan kepada kita bahwa persembahan diri yang demikian tidak mantap. 

Karena kasih adalah cerita yang bersangkutan dengan hasrat dan suasana hati kita. Ketika kita senang, kita mengasihi; ketika kita tidak senang, kita tidak mengasihi. 

Hari ini, kita berada dalam suasana hati yang mengasihi, lalu kita mempersembahkan diri; besok kita tiak berada di dalam suasana hati yang mengasihi, lalu kita tidak mempersembahkan diri. Karena itu, jika persembahan diri itu hanya merupakan masalah kasih, persembahan itu tidak cukup stabil. Persembahan diri yang demikian akan cepat berubah seturut dengan suasana hati kita yang tidak stabil. 
 

Jika kita nampak dasar persembahan diri dan tahu bahwa persembahan diri adalah berdasar pada masalah pembelian, persembahan diri kita akan stabil dan mantap. Pembelian bukan tergantung pada suasana hati, tetapi masalah kepemilikan. Allah telah membeli kita dan mempunyai hak untuk memiliki kita. Karena itu, entah kita senang atau tidak, kita harus mempersembahkan diri kita.

Saya merasa bahwa tidak semua saudara-saudari yang telah mempersembahkan dirinya benar-benar nampak hak kepemilikan Allah. Karena itu kita harus kembali dan mengulang pelajaran ini. 

Persembahan diri kita seharusnya bukan hanya karena kasih Tuhan; kita harus nampak bahwa Allah benar-benar mempunyai hak untuk memiliki kita. Mengikuti Tuhan tidak selalu menggembirakan, dan melayani Dia tidak selalu menyenangkan. 

Bahkan orang-orang di antara kita yang telah melayani Tuhan bertahun-tahun kadang-kadang merasa bahwa melayani Tuhan benar-benar tidak mudah, tetapi dorongan di dalam kita melarang kita untuk melakukan yang sebaliknya. 

Kita sering merasa ingin menyerah, tetapi kita tidak bisa. Ini dikarenakan kita telah nampak bahwa Allah mempunyai hak atas diri kita. Kita telah dibeli oleh Allah, dan kita adalah milikNya; karena itu, entah kita menyukainya atau tidak kita tidak bisa apa-apa selain mempersembahkan diri dan melayani Dia. 
Hari ini dalam dunia, orang-orang menikah ketika mereka menginginkannya dan bercerai ketika mereka menginginkannya. Mereka bertindak menurut suasana hati mereka tanpa nampak hak kepemilikan sedikit pun. Persembahan diri kita tidak seharusnya demikian. 

Pesembahan diri yang benar, cepat atau lambat harus berdasar pada penampakan akan hak Allah atas diri kita, berdasar pada pembelianNya. Entah kita sedang senang atau tidak, faktanya tetap sama. Ketika kita berdiri di depan takhta penghakiman untuk dihakimi oleh Tuhan berkenaan dengan masalah persembahan diri kita, penghakiman itu bukan atas dasar kita mengasihi Allah atau tidak, atau kita suka untuk dipersembahkan atau tidak; tetapi berdasarkan pada fakta apakah kita dibeli olehNya atau tidak.  


Jika kita dibeli olehNya, kita tidak dapat   melakukan apa-apa kecuali mempersembahkan diri; kita tidak bisa apa-apa. Karena itu, mulai sekarang, setiap kali kita berbicara mengenai persembahan diri, kita tidak boleh mengabaikan dasar persembahan ini.

Setelah kita melihat perkataan mengenai dasar persembahan diri, kita mungkin mengerti dengan otak kita dan menerima dengan hati kita, tetapi ini tetap belum cukup. Kita tidak bisa berkata bahwa kita telah memiliki dasar persembahan diri. Kita perlu mengalami dasar ini secara riil dalam hidup sehari-hari. Setiap kali terjadi sesuatu yang menyebabkan kita berargumen dengan Allah, kita harus menyembahNya dan berkata, 

“Tuhan aku adalah budak yang Kau beli. Hak kepemilikanku telah dibeli olehMu. Di sini dan pada saat ini, aku memproklamirkan hakMu. Bahkan dalam perkara ini, aku akan membiarkan Engkau menjadi Tuhan dan memutuskannya untukku.” 


Setiap kali kita meninggalkan kedudukan persembahan diri, kita harus merasa bahwa kita adalah di dalam kedudukan memberontak sama seperti Onesimus, budak yang melarikan diri dari tuannya, Filemon.  Setiap kali kita dihadapkan pada kesempatan untuk membuat pilihan, kita harus mengingat dasar persembahan diri, pembelian, sebagai fondasi batu karang tempat kita berpijak. Kita harus berdiri terus dengan teguh di atasnya, tidak berani meninggalkannya. Jika kita mengalami persembahan diri dengan cara yang demikian sungguh-sungguh, kita benar-benar memegang teguh dasar persembahan diri.

   

Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 4 Oktober 2009.

No comments:

Post a Comment