Translate

Thursday 14 March 2013

HARUM SEMERBAK

“Dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.” YOHANES.12:3b. Dengan memecahkan buli-buli pualam itu dan mengurapi Tuhan Yesus, rumah itu dipenuhi oleh bau semerbak. Setiap orang dapat menciumnya, dan tidak ada yang tidak mengetahuinya. Apa artinya ini?

Setiap kali Anda bertemu dengan seseorang yang benar-benar pernah menderita, yaitu orang yang bersama Tuhan telah menempuh pengalaman-pengalaman yang membatasinya, dan yang rela dipenjara oleh Tuhan tanpa mencoba melepaskan diri agar bisa dipakai, sehingga dengan demikian belajar merasa puas hanya di dalam Tuhan dan bukan di dalam hal lainnya, Anda akan segera merasakan sesuatu.


Perasaan rohani Anda segera mencium bau harum Kristus. Di dalam hayatnya, ada sesuatu telah dipecahkan, ada sesuatu telah diremukkan, maka Anda mencium bau harum itu. Bau harum yang memenuhi rumah di Betania pada hari itu, masih memenuhi gereja pada hari ini; semerbak Maria tidak pernah pudar. Memecahkan buli-buli pualam untuk Tuhan, cukup memukulnya sekali saja, tetapi peremukannya dan bau harum minyak bertahan hingga kekal.

Di sini kita membicarakan tentang apa adanya diri kita, bukan apa yang kita lakukan atau kita beritakan. Mungkin Anda sudah lama meminta Tuhan agar berkenan memakai Anda membagikan kesan tentang diriNya kepada orang lain. 
 Doa demikian tidak sama dengan doa meminta karunia untuk memberitakan atau mengajar. Anda hanya minta supaya Anda bisa membagikan Allah kepada orang yang berhubungan dengan Anda, agar orang lain merasakan kehadiran Allah.

Dengarlah, jika Anda tidak dapat memecahkan segalanya di depan kakiNya, tidak meremukkan barang yang paling Anda hargai di depan kakiNya, Anda tidak akan bisa memberikan kesan akan Allah kepada orang lain.

Saat Anda mencapai taraf itu, secara luaran belum tentu Anda terlihat dipakai secara besar-besaran oleh Tuhan, namun Allah mulai memakai Anda untuk menciptakan rasa lapar dan haus di dalam diri orang lain.

Orang lain akan mencium bau harum Kristus pada diri Anda, bahkan seorang saudara dalam Tuhan yang paling kecil pun dapat merasakan realitas itu. Merka akan merasakan, bahwa di sini ada seorang yang hidup bersama Tuhan, yang pernah menderita, yang tindak-tanduknya tidak individualistis dan bebas, dan yang tahu menyerahkan segalanya kepada Tuhan.

Kehidupan semacam ini baru bisa menimbulkan kesan, dan kesan menimbulkan kerinduan akan Tuhan, dan kerinduan akan Tuhan mendorong orang mencari Tuhan sampai mereka mendapatkan wahyu ilahi serta di bawa masuk ke dalam kepenuhan hayat di dalam Kristus. 
 
Yang terlebih dulu Allah inginkan atas diri kita bukanlah agar kita memberitakan Injil atau melakukan sesuatu bagiNya, melainkan agar kita bisa menciptakan rasa damba kepada Tuhan di atas diri orang lain. Inilah yang dimaksud dengan menyiapkan tanah yang baik bagi pemberitaan.

Jika Anda menghidangkan kue yang lezat di depan dua orang yang baru saja makan sampai kenyang, bagaimana reaksi mereka? Mereka akan membicarakan kue itu, mengagumi penampilannya, membahas resepnya, menanyakan harganya, mereka membicarakan banyak, tapi tidak memakannya! 
Tetapi sebaliknya, jika mereka dalam keadaan sangat lapar, sebentar saja kue itu akan habis dimakan. Demikian pula halnya dengan perkara rohani.

Jika didalam diri manusia tidak terlebih dulu tercipta rasa perlu, maka pekerjaan yang sesungguhnya tidak akan bisa dimulai.

Lalu bagaimana hal itu dapat dicapai? Kita tidak dapat memaksa orang agar memiliki selera terhadap perkara rohani; kita tidak dapat memaksa orang agar merasa lapar.

Sebab itu, rasa lapar itu harus diciptakan. Tetapi, hanya orang-orang yang di atas dirinya membawa kesan Allah, baru bisa menciptakan rasa lapar pada diri orang lain.

Mari kita renungkan perkataan perempuan bangsawan Sunem mengenai nabi yang diketahuinya ( walaupun tidak sangat jelas ) sebagai abdi Allah: “Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa orang yang selalu datang kepada kita itu adalah abdi Allah yang kudus” 2RAJA-RAJA.4:9. Bukan karena Elisa mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu sehingga tercipta kesan seperti itu, melainkan karena diri Elisa sendiri. 
 
Elisa hanya lewat di depan rumah perempuan itu, namun perempuan itu sudah sudah dapat merasakan dan menemukan sesuatu. Sekarang apa yang orang lain rasakan terhadap diri kita? Kita bisa meninggalkan banyak kesan pada orang lain: pandai, berkarunia, begini, atau begitu. Tetapi kesan yang ditinggalkan Elisa adalah kesan dari Allah. 
Kunci pengaruh kita terhadap orang lain terletak pada pekerjaan salib di dalam diri kita, dan pekerjaan ini adalah untuk perkenan hati Allah. Dia menuntut kita agar kita hanya mencari perkenanNya, hanya mencari kepuasanNya, dan tidak memikirkan berapa besarnya harga yang harus kita keluarkan untuk itu.
Kita harus memiliki satu hati yang rela takluk, rela dihancurkan, dan rela mencurahkan segalanya kepadaNya, demikian baru bisa menghasilkan bau harum Kristus, menghasilkan suatu rasa perlu di dalam diri orang lain, sehingga menarik orang lain datang untuk mengenal Tuhan.

Inilah inti dari persoalan. Injil memiliki satu tujuan, yaitu menghasilkan suatu keadaan di dalam diri orang dosa yang dapat memuaskan hati Allah.

Agar Ia mendapatkan apa yang ia inginkan, kita harus datang kepadaNya dengan segala milik kita, dengan segala apa adanya kita, bahkan dengan apa yang paling kita mustikakan dalam pengalaman rohani kita, dan berkata kepadaNya, “ Tuhan, aku rela melepaskan semua ini bagiMu, bukan hanya bagi pekerjaanMu, bukan hanya bagi anak-anakMu, bukan bagi yang lain, melainkan hanya bagi diriMu melulu.

O, pemborosan! Sungguh bahagia bila kita memboroskan diri untuk Tuhan.

Orang yang cukup terkenal di dunia kekeristenan memang banyak, namun mereka sedikit pun tidak mengetahui hal ini. Banyak orang pernah dipakai, bahkan telah terlalu jauh dipakai, tetapi tidak tahu apa yang dimaksud dengan “memboroskan” diri bagi Allah. 
 
 Kita senang terus bekerja, tetapi kadang-kadang Tuhan lebih senang melihat kita terkurung. Kita berangan-angan bisa menempuh perjalanan seperti rasul, tetapi Allah justru membiarkan utusanNya yang terbesar terbelenggu.

Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. 2KORENTUS.2:14.

“Dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.” YOHANES.12:3.

Kiranya Tuhan mengaruniai kita, agar kita dapat belajar mencari perkenanNya. Ketika kita seperti Paulus, yaitu menjadikan perkenan Tuhan sebagai tujuan utama kita. 2KORENTUS.5:9. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Injil pasti dapat mencapai tujuannya.


Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 20 September 2009

No comments:

Post a Comment