Translate

Wednesday 27 February 2013

Rahasia kematian Yesus



Ada satu aspek kematian Tuhan Yesus yang mutlak positif dan ini berkenan dengan kasihNya terhadap gereja. Dalam hal ini, kematianNya tidak berhubungan langsung dengan dosa maupun orang berdosa. 



 Agar fakta ini bisa terkesan secara mendalam, maka Paulus mengambil peristiwa dalam Kejadian pasal 2 sebagai ilustrasi. Inilah salah satu rahasia di antara sekian banyak rahasia yang Allah katakan. Jika mata kita tercelik dan nampak hal ini, kita tidak bisa tidak akan menyembah Allah.
Mulai Kejadian pasal 3, yaitu dari “pakaian kulit binatang” sampai kurban persembahan Habil, kemudian menelusuri seluruh Perjanjian Lama, ada banyak lambang yang mengacu kepada kematian Tuhan Yesus bagi penebusan dosa; namun di sini Paulus tidak memakai satu pun dari lambang-lambang itu untuk menyatakan kematianNya, dia malah khusus memakai lambang dalam Kejadian pasal 2.

Perhatikanlah dan ingatlah, dosa baru muncul dalam Kejadian pasal 3. Jadi dalam Perjanjian Lama ada satu lambang kematian Kristus yang sama sekali tidak bersangkut paut dengan dosa, karena hal itu tidak terjadi setelah kejatuhan, melainkan sebelum kejatuhan, dan lambang ini ada di Kejadian pasal 2. Mari kita perhatikan sejenak.

Dapatkah kita berkata bahwa Allah membuat Adam tidur karena Hawa telah melakukan suatu dosa yang serius? Apakah Alkitab mencantumkan begitu? Sama sekali tidak, karena saat itu Hawa belum diciptakan. Saat itu sama sekali tidak ada perkara moralitas dan memang sama sekali tidak ada masalah. Tujuan Allah membuat Adam tertidur ialah agar dari dirinya Adam bisa sesuatu untuk dibentuk menjadi seseorang yang lain

Jadi, tertidurnya Adam bukan karena dosa Hawa, melainkan untuk menciptakan Hawa. Inilah yang dikatakan oleh ayat-ayat ini. Pengalaman Adam yang bertujuan agar Hawa tercipta ini, adalah perkara yang telah ditetapkan Allah dalam rencana ilahiNya. Allah menghendaki seorang perempuan.
Ia membuat manusia [laki-laki] itu tidur, dari dirinya diambil sebuah tulang rusuk, dibuatNya seorang perempuan, dan kemudian dibawaNya perempuan itu kepada manusia itu. Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita, yang menyatakan satu aspek dari kematian Tuhan Yesus.
Kematian ini terutama bukan untuk penebusan, tetapi sama dengan tertidurnya Adam dalam pasal 2. Dalam hal ini jangan salah faham, jangan mengira bahwa hal ini menganggap kematian Tuhan Yesus bukan untuk penebusan dosa. Sebaliknya, kita harus bersyukur kepada Allah, karena Ia mati bagi penebusan dosa kita.
Kita harus ingat saat ini yang kita berada dalam fakta Efesus pasal 5, bukan dalam Kejadian fatsal 2. Surat Efesus di tulis setelah kejatuhan, ditujukan kepada manusia yang menderita akibat dosa. Sebab itu didalamnya kita tidak hanya memiliki tujuan Penciptaan tetapi juga bekas kejatuhan – kalau tidak, tidak perlu dikatakan “cacat atau kerut “.
Karena kita masih berada di bumi dan kejatuhan adalah satu fakta sejarah, maka penyucian sangatlah diperlukan EFESUS.1:7. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,

Kita harus tahu bahwa penebusan adalah satu sisipan, satu tindakan “ darurat “ karena ada bencana, yaitu satu tindakan yang harus ada karena tujuan Allah telah dirusak. Perkara penebusan ini demikian besar, demikian ajaib, sehingga menduduki satu tempat yang besar dalam lubuk hati kita. Tetapi firman Allah jelas tidak menghendaki kita memandang penebusan sebagai segalanya, sehingga seakan-akan manusia diciptakan adalah untuk ditebus.

Kejatuhan memang merupakan satu penyimpangan tragis dari garis tujuan Allah, dan penebusan adalah satu pemulihan yang betapa berkat, yang olehnya dosa-dosa kita dihapuskan sehingga kita dipulihkan.
Tetapi setelah penebusan itu rampung, masih ada satu pekerjaan yang harus dilakukan agar kita memiliki apa yang tidak pernah dimiliki oleh Adam, dan bersamaan dengan itu memberikan kepada Allah apa yang diinginkan hatiNya.
Karena Allah tidak pernah meninggalkan tujuan yang telah digariskanNya dalam garis lurus itu. Adam tidak pernah mendapatkan hayat Allah yang dilambangkan oleh pohon hayat. Namun karena satu pekerjaan kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, [kita harus menekankan lagi bahwa kematian dan kebangkitan itu adalah satu pekerjaan], maka hayatNya terbebaskan dan melalui iman kita kepadaNya, hayatNya menjadi hayat kita; demikianlah kita mendapatkan apa yang tidak didapatkan Adam. Karena kita menerima Kristus sebagai hayat kita, maka tujuan Allah bisa dirampungkan.
Allah membuat Adam tidur. Ketika seorang Kristen meninggal, kita mengatakan bahwa ia tertidur, bukan mati. Mengapa? Sebab bila kita menyinggung “mati”, di balik mati itu pasti ada dosa. Dalam Kejadian fatsal 3, dosa masuk ke dalam dunia, dan maut masuk melalui dosa; tetapi tertidurnya Adam terjadi sebelum itu.
Jadi, lambang di sini tidak seperti lambang-lanmbang lainnya dalam Perjanjian Lama. Berkaitan dengan dosa dan penebusan, harus ada seekor anak domba atau lembu disembelih; tetapi di sini Adam tidak disembelih, melainkan tertidur sejenak untuk bangun kembali.
Maka lambang kematianNya di sini bukan karena dosa, melainkan untuk berkembang demi kebangkitan. Selain itu, kita pun harus memperhatikan bahwa Hawa tidak diciptakan dalam satu penciptaan yang tersendiri sehingga ia menjadi satu manusia yang tersendiri, yang sejajar dengan Adam.

Tidak, Adam tidur, baru kemudian Hawa diciptakan dari Adam. Dengan cara yang sama Allah menciptakan gereja Manusia ke dua Allah telah bangun dari tidurNya dan gerejaNya pun tercipta di dalamNya. Gereja berasal dari Dia, mendapatkan hayat dari Dia, dan untuk mengekspresikan hayat kebangkitan itu.


Allah memiliki seorang Anak, yaitu Anak tunggalNya. Allah senang Anak-Nya itu memiliki banyak saudara, sehingga Ia bisa menjadi Anak Sulung di antara banyak anak, dan dengan demikian Allah tidak lagi hanya memiliki satu Anak, melainkan memiliki banyak anak.
Sebutir biji gandum telah mati, timbullah banyak butir gandum. Biji gandum yang pertama itu, mula-mula adalah biji tunggal, sekarang telah menjadi salah satu di antara banyak gandum. Tuhan Yesus telah menyerahkan hayatNya, dan hayatNya itu kini telah ternyata di atas diri banyak orang.
Semua lambang Alkitab yang kita pakai dalam pembahasan di sini, jelas telah menyatakan kebenaran ini. Kini dalam lambang Hawa, yang tinggal mewakili yang jamak. Hasil dari salib adalah satu manusia: yaitu mempelai Anak Allah. Kristus mengasihi gereja, dan telah menyerahkan diriNya baginya.

Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 28 juni 2009


No comments:

Post a Comment