3 Menggunakan Senjata Rohani.
Prinsip ketiga dalam peperangan rohani ialah harus
mengunakan senjata rohani. Ketika turut serta dalam peperangan rohani, tidak
cukup dengan hanya menjaga posisi surgawi, juga harus dapat menggunakan senjata
rohani secara aktif. Senjata rohani mengacu kepada “ seluruh perlengkapan
senjata “ yang di sebutkan dalam EFESUS.6:10-17.
Termasuk ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut kerelaan untuk
memberitkan Injil damai sejahtra, perisai iman, ketopong keselamatan dan pedang
Roh. Semua senjata ini bersifat rohani, dan ketika kita menggunakannya kita
harus berada di dalam roh. Kita dapat mengatakan bahwa prinsip dasar penggunaan
senjata rohani adalah semua aktivitas kita harus dari roh.
Memberitakan Injil
membina kaum saleh, dan mengurus gereja adalah dari roh. Apa pun aktivitas
kita, harus dari roh dan harus membebaskan roh. Semua yang tidak dari roh,
semua yang menurut pandangan, ide, dan kepandaian kita sendiri, pasti adalah
cara manusia, adalah senjata milik daging, bukan senjata rohani. Karena itu,
ketika kita berperang,segala aktifitas kita harus dari roh, menjamah perasakan
itu dari dalam roh. Ini juga adalah satu prinsip yang sangat mendasar.
4. Harus Ada Doa Peperangan.
Prinsip keempat dalam peperangan rohani ialah harus ada
doa peperangan. Setelah rasul menyebutkan seluruh perlengkapan senjata Allah
dalam EFESUS.6, selanjutnya dia
berkata, “ Berdoalah setiap waktu di
dalam roh “ ayat.18.. Peperangan rohani tidak dapat mengabaikan doa,
karena peperangan rohani sebagian besar tergantung pada doa.
Boleh dikatakan,
yang paling ditakuti oleh iblis adalah kaum saleh yang berlutut di hadapan
Tuhan, yaitu doa gereja di hadapan Allah. Bahkan di dalam Perjanjian Lama kita
dapat melihat beberapa contoh doa peperangan. Misalnya, begitu Daniel mulai
berdoa, di atas takhta timbul suatu pergerakan. Tetapi ketika jawaban itu turun
dari takhta, ia menemui hambatan di angkasa. Daniel berdoa terus-menerus.
Doanya adalah semacam peperangan. Orang yang menjaga posisi kenaikan, ia
memerintah di surga. Ia juga dapat menggunakan senjata rohani dan doa yang
diucapkan sangat berkhasiat, dapat menjamah takhta Allah dan mempengaruhi kuasa
iblis. Allah justru menghendaki kaum salaehNya memiliki doa semacam ini untuk
bekerja sama denganNya dan berperang bagiNya.
5.Oleh Darah Dan Perkataan Kesaksian, Dan Tidak Mengasihi Nyawanya.
Dalam peperangn rohani,selain menolak senjata daging,
menjaga posisi kenaikan, menggunakan senjata rohani, dan ada doa peperangan,
juga harus menerapkan darah, bersaksi, dan tidak mengasihi nyawanya sendiri. WAHYU.12:11.
Hal ini juga adalah satu prinsip yang sangat penting
dalam peperangan rohani. Bersandar atas darah berarti menerapkan darah Tuhan
menutupi kita, menerapkan darah Tuhan untuk menghadapi setiap dakwaan dan
serangan iblis. Karena hingga hari ini kita masih berada di bumi, masih hidup
di dalam tubuh daging; kita tidak dapat menghindar dari kecemaran, kerusakan,
kelemahan, kekurangan, dan keadaan-keadaan lain yang tidak seharusnya ada.
Ketika kita berperang melawan iblis, hal pertama yang dia lakukan ialah dalam
hati nurani kita menunjukkan semua kelemahan dan kekurangan kita untuk kemudian
mendakwa dan menyerang kita. Dakwaan iblis tidak hanya di dalam; kadang-kadang
dibicarakan di luar. Dahulu, pernah ketika seseorang sedang mengusir setan, setan
menunjukkan kelemahannya yang tersembunyi dan menyatakannya secara umum melalui
orang yang dirasukinya.
Peristiwa semacam ini juga tercatat dalam Perjanjian
Lama ZAKARIA.3:1-5. Membicarakan Yosua yang mengenakan pakaian kotor dan
iblis datang menentang dan menyerangnya. Hal-hal inilah yang pasti dilakukan
iblis dalam peperangan rohani. Pada saat demikian, kita perlu mengetahui kuasa
dan khasiat darah menerapkan darah untuk menjawab semua dakwahan iblis. Kita
dapat berkata kepadanya, “ Meskipun kami memiliki kelemahan-kelemahan itu,
tetapi darah Tuhan telah mengalir untuk kita, dan Allah telah
dipuaskan.”Demikian barulah kita dapat dengan perkasa dan berani berperang
melawan musuh.
Kedua, kita harus bersaksi, yaitu kita harus mengumumkan
atau mendeklarasikan apa yang telah Tuhan rampungkan, kemenangan salib,
pencapaian kebangkitan, dan posisi kenaikan. Ini bukan berkhotbah, melainkan
mempersatukan dan mengumumkan dengan perkataan dan ketaatan sakramen tanda
keselamatan kita.
Iblis sungguh-sungguh adala pendakwa yang sangat licik.
Adakalanya, ketika kita mulai berbicara tentang mengalahkan dunia, dia segera
mendakwa di dalam kita, mengatakan, “ Bukankah kamu masih mengasihi dunia?
Begitu dia mencela dengan perkataan ini di dalam kita terus lemah. Saat ini kita
harus segera mengumumkan kemenangan Tuhan. Kita harus berkata, “ Walaupun aku
belum terlepas dari dunia, tetapi Tuhan Yesus telah mengalahkan dunia.”
Demikianlah kita dapat menang melawan serangannya.
Ketiga kita tidak boleh mengasihi nyawa diri sendiri;
tidak mengasihi diri sendiri dan memperhatikan diri sendiri. Mengsihi dan
memperhatikan diri sendiri akan menyebabkan kita kehilangan posisi peperangan
dan kita tidak dapat berperang. Jadi untuk berperang, kita tidak boleh
mengasihi nyawa kita, bahkan sampai menghadapi maut. Ringkasnya, semua
pekerjaan rohani adalah suatu peperangan rohani. Tidak ada satu kali pun ketika
kita bangkit bekerja, yang tidak menghadapi serangan musuh. Ketika Nehemia
membangun kembali kota Yerusalem, karena gangguan
musuh, maka setiap orang “melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain
mereka memegang senjata” NEHEMIA.4:17.
Demikian juga, kita yang hari ini melayani Tuhan harus bekerja dengan satu
tangan, dan berperang dengan tangan yang lain. Kita tidak boleh memperhatikan
pendapat atau kerugian kita, tetapi oleh darah, dalam posisi kenaikan, kita
mengumumkan kemenangan Tuhan, menggunakan berbagai senjata rohani untuk
menanggulangi iblis, menggulingkan kekuasaannya dan membawa masuk Kerajaan
Allah. Ketika kita secara riil berperang dalam peperangan rohani, kita tidak
boleh mengabaikan satu pun dari prinsip-prinsip ini.
V. HASIL
PEPERANGAN ROHANI.
Hasil pertama dari peperangan rohani adalah mendatangkan
otoritas Allah. Sampai tahap apa kita berperang,sampai tahap itulah otoritas
Allah akan didatangkan; sampai di mana kita berperang, sampai di sanalah
otoritas Allah dapat dilaksankan. Jika peperangan ini terjadi pada seseorang
secara individu, maka otoritas Allah akan mencapai individu itu; jika peperangan
berlangsung dalam satu keluarga, maka otoritas Allah akan mencapai keluarga
itu; jika terjadi di dalam gereja, maka otoritas Allah akan mencapai gereja.
Jika, hasil pertama dari peperangan rohani adalah mendatangkan otoritas Allah.
Hasil kedua dari peperangan rohani ialah iblis diusir.
Ini juga berlaku atas individu, atas keluarga, atas gereja; bahkan di langit
dan di bumi pun demikian. Samapi di mana kaum saleh melakukan peperangan
rohani, sampai tempat itulah otoritas Allah didatangkan; hasilnya, iblis diusir
dari tempat itu.
Hari ini iblis masih berkuasa di langit dan di bumi,
karena di antara anak-anak Allah tidak banyak yang berbagian dalam peperangan
rohani, unsur peperangan rohani juga sangt sedikit. Ketika pengalaman rohani
kita sangat dangkal, perasakan peperangan rohani kita sangat ringan. Kita masih
merasa bahwa persoalan kita adalah dosa, dunia, daging, diri dan alamiah.
Hanya
setelah kita menanggulangi semua ini, memasuki tahap keempat hanya rohani,
pengalaman kita diperdalam, dan kita juga nampak Tubuh yang Allah pergunakan di
alam semesta adalah gereja, saat ini barulah kita memiliki perasakan yang berat
terhadap peperangan rohani, mengetahui bahwa apa pun yang kita lakukan, setiap
tindakan, perkataan dan sikap kita, selalu mempengaruhi iblis, selalu menyerang
iblis.
Pada saat ini, kita baru merasakan dengan kuat bahwa masalah kita
satu-satunya adalah iblis, dan kita di sini adalah laskar untuk menanggulangi
musuh Allah ini. Kita akan nampak bahwa pemberitaan Injil kita tidak sekedar
untuk menyelamatkan jiwa, tetapi juga untuk mengusir iblis; kita membina kaum
saleh mengurus gereja, tidak sekedar untuk membangun gereja,mendapatkan anggota
gereja saja, tetapi juga untuk berperang bagi Allah dan, mengusir kuasa
kegelapan yang menduduki manusia.
Demikianlah otoritas Allah akan mencapai
kelompok orang atau perkara-perkara tertentu dan Allah memerintah atas mereka.
Sampai tahap ini, baik kita memberitakan Injil, membina kaum saleh, maupun
mengurus gereja, sikap kita selalu tertuju kepada iblis sebagai sasaran
penanggulangan kita. Kita tahu bahwa yang menghalangi Injil bukanlah lingkungan
di luar, melainkan iblis.
Kita tahu bahwa yang merampas manusia dan menyebabkan
mereka tidak mengasihi Tuhan bukanlah ikatan manusia, dunia atau daging,
melainkan kuasa kegelapan iblis. Kita juga tahu bahwa alasan dari segala
kekacauan, pergumulan, ketidakacuhan, dan keruskan dalam gereja bukan karena
yang lain, melainkan iblis.
Karena itu, kita tidak menanggulangi apa pun yang
ada di permukaan, tetapi melalui posisi dan otoritas kenaikan, kita
menanggulangi kuasa kegelapan yang sebagai dalang di balik semua perkara itu.
Demikianlah kita mendatangkan Kerajaan Allah di bumi. WAHYU.12. menampakkan kepada kita, begitu anak laki-laki itu [
melambangkan para pemenang ] diangkat ke surga, segera terjadi peperangan.
Begitu mereka diangkat ke surga, mereka segera berperang melawan iblis, dan
mereka melemparkan iblis ke bawah, dari langit ke bumi. Kemudian, Tuhan Yesus
membawa mereka bersamaNya turun ke bumi dan kembali melempar iblis yang ada di
bumi itu ke dalam lubang yang tak berdasar.
Pada waktu itu kuasa kegelapan di
langit dan di bumi akan sepenuhnya dicampakkan, dan tidak ditemukan lagi jejak
iblis baik di langit maupun di bumi; demikian Kerajan Allah akan datang secara
konkret. Saat itu, kaum saleh yang menang akan menjadi raja bersama Kristus dan
memerintah bagi Allah selama- lamanya di atas bumi yang baru dan langit yang
baru.
Di langit dan bumi yang baru nama Allah akan secara unik dihormati, semua
mahluk akan tunduk di bawah otoritas Allah, kehendak Allah akan dilaksanakan di
seluruh alam semesta, dan kemuliaan Allah akan sepenuhnya diekspresikan.
Demikianlah, melalui peperangan rohani, tujuan kekal Allah sepenuhnya tercapai.
Pdt.
Felix Agus Virgianto
Khotbah Kenaikan Tgl. 21 Mei 2009
No comments:
Post a Comment