Translate

Sunday 17 February 2013

III. SEMUA PEKERJAAN ROHANI ADALAH SUATU PEPERANGAN



III. SEMUA PEKERJAAN ROHANI ADALAH SUATU PEPERANGAN
Karena ada peperangan antara Kerajaan Allah dengan kerajaan iblis, maka semua pekerjaan rohani yang kita lakukan bagi Allah dalam bentuk apa pun, selama menjamah hal-hal di alam rohani, adalah suatu peperangan. Sebagai contoh memberitakan Injil, menurut Kisah Para Rasul.26:18. Adalah “ untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis kepada Allah”.  
Ini menunjukkan bahwa pemberitaan Injil  tidak hanya membuka mata manusia dan memalingkan mereka dari kegelapan kepada terang, tetapi juga membebaskan mereka dari kuasa iblis. KOLOSE.1:13. Mengatakan “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang terkasih.”

Dilepaskan dari kuasa kegelapan adalah dilepaskan dari kuasa iblis atau kerajaan iblis. Dan dipindahkan ke dalam Kerajaan AnakNya yang terkasih adalah di pindahkan ke dalam Kerajaan Allah. Jadi, pemberitaan Injil mutlak merupakan suatu peperangan rohani untuk mengusir kuasa iblis dalam manusia dan mendatangkan Kerajaan Allah. Orang yang tidak percaya kepada Tuhan pasti menolak nama Allah, tidak memiliki pemerintahan Allah atas dirinya, dan tidak berkaitan dengan kehendak Allah.

Sebaliknya , ia sepenuhnya di bawah kuasa iblis, dan seluruh dirinya berada di dalam kerajaan gelap iblis. Ketika seseorang beroleh selamat, pertama dia percaya kepada nama Tuhan, kedua dia menyeru nama Tuhan, dan ketiga dia adalah untuk nama Tuhan, milik nama Tuhan. Sejak itu dia terlepas dari kuasa iblis dan berada di bawah nama Tuhan, menjadi milik Tuhan. Begitu nama Tuhan ada pada dirinya, otoritas Tuhan pun mengikutinya.

Begitu otoritas Tuhan ada pada dirinya, otoritas iblis tersingkirkan. Jadi, sesungguhnya, memberitakan Injil, membawa keselamatan kepada orang, dan memimpin orang kepada Tuhan, adalah suatu peperangan rohani. Membina kaum saleh juga merupakan suatu peperangan rohani. Karena membina kaum saleh berarti melepaskan kaum saleh dari penguasa iblis dan dosa, dunia, daging dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ciptaan lama, sehingga mereka lebih banyak terlepas dari kuasa iblis, lebih banyak mengenal nama Tuhan, dan lebih banyak membiarkan Tuhan memerintah atas diri mereka, ini juga berarti lebih banyak mendatangkan Kerjaan Allah atas diri mereka.

2KORINTUS.10:3-5.
10:3 Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
10:4 karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjataduniawi,melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. 10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Perkataan ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang sudah beroleh selamat, mungkin sebagian besar dari pikiran dan pemikirannya masih merupakan benteng-benteng iblis, dan banyak ide konsepsinya masih berfungsi seperti kubu yang diduduki oleh iblis. Karena itu, ketika para rasul membina kaum saleh, tujuan mereka adalah melalui peperangan meruntuhkan semua benteng dan kubu iblis di dalam kaum saleh dan akhirnya menawan pikiran mereka, menaklukkannya kepada Kristus. Jadi, membina kaum saleh juga merupakan suatu peperangan rohani.

Tidak hanya demikian, mengurus gereja juga adalah suatu peperangan. Karena tujuan mengurus gereja adalah agar gereja makin terlepas dari kuasa kegelapan, lebih membiarkan Allah mendapatkan kedudukan untuk memerintah di dalam gereja, lebih membiarkan nama Allah di tinggikan dalam gereja, lebih membiarkan kehendak Allah terlaksana di dalam gereja, dan lebih membiarkan kemuliaan Allah terekspresikan di dalam gereja. Jadi mengurus gereja juga merupakan suatu macam peperangan.
Bahkan doa-doa kita, entah itu untuk diri kita, untuk keluarga, untuk gereja Tuhan atau untuk hal-hal lainnya, semua bertujuan agar kita terlepas dari kuasa gelap iblis. Jadi, ini juga merupakan suatu peperangan.

Jika mata kita dicelikkan oleh Tuhan, kita akan nampak bahwa seluruh sifat pekerjaan kita dalam melayani Tuhan adalah peperangan. Seluruh peperangan rohani kita, baik itu melepaskan manusia dari dosa, dari dunia, dari sakit, atau dari masalah, semuanya memiliki suatu tujuan akhir, menyelamatkan manusia dari kuasa iblis dan mengusir kuasa kegelapan iblis dari dalam manusia, sehingga manusia bisa didapatkan oleh Allah. Demikianlah, nama Allah bisa di kuduskan atas manusia. Kerajaan Allah bisa datang atas manusia, dan kehendakNya bisa terlaksana atas manusia, dan karenanya kemuliaan Allah bisa diekspresikan atas manusia. Jadi sifat semua pekerjaan ini adalah peperangan rohani.

                       IV. PRINSIP-PRINSIP PEPERANGAN ROHANI.

Ketika kita secara riil mengalami peperangan rohani, ada beberapa prinsip dasar yang harus kita pegang atau jaga.

1.Tidak Bisa Menggunakan Senjata Milik Daging.

Prinsip pertama dalam peperangan rohani ialah tidak bisa menggunakan senjata milik daging. Dalam 2KORINTUS.10:3-5. Yang telah kita baca. Rasul Paulus dengan jelas memberi tahu kita. Dia mengatakan,” Memang kami masih hidup di dunia, tetapi tidak berjuang secara duniawi [ daging ], karena senjata kami dalam peperangan bukanlah senjata duniawi [ milik daging ].”
Senjata milik daging ini tidak hanya mengacu kepada marah-marah, juga mecakup semua siasat dan cara alamiah manusia. Misalnya, kita mungkin merasa bahwa seorang saudara tertentu telah berbuat salah dan kesalahan itu sudah menjadi suatu masalah dalam gereja, Kita ingin mengoreksi dia, tetapi kita merasa sulit berkenaan dengan hubungan emosi. Kemudian kita ingin bahwa ada saudara lain yang hubungannya agak akrab dengannya, lalu kita meminta itu untuk berbicara dengannya.

Siasat berputar semacam ini juga adalah suatu senjata milik daging, akhirnya pasti tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut. Di alam masyarakat dan dunia bisnis, banyak dipakai siasat sedemikian. Tetapi dalam peperangan rohani, kita tidak boleh memakai siasat. Karena begitu kita memakai siasat daging, kita sendiri segera jatuh ke tangan musuh.

Jika demikian, bagaimana kita bisa melepaskan orang lain dari tangan musuh? Kita lihat diri Paulus, dia adalah orang yang tidak pernah menggunakan senjata milik daging. Dalam hubungannya dengan gereja dan kontaknya dengan orang-orang kudus, dia selalu lurus. Dia lebih baik diperlakukan seperti orang bodoh daripada menggunakan tangan kotor.

Itulah sebabnya dia dapat menjadi “ senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng”, dan meraih kemenangan dalam peperangan rohani. Demikian juga, jika kita ingin menang dalam semua pekerjaan rohani kita dan berhasil, kita harus meninggalkan semua senjata daging.
Misalnya, dalam memberitakan Injil tidaklah masalah jika mengunakan traktat sebagai ilustrasi bantuan untuk presentasi, tetapi jika kita terus-menerus bersandar pada berbagai metode atau menggunakan keuntungan materi untuk menarik orang, itu adalah menggunakan senjata daging, paling banyak hanya dapat membuat orang menjadi anggota gereja, tidak dapat melepaskan orang dari tangan iblis.  Karena itu, prinsip pertama dalam peperangan rohani adalah meninggalkan semua senjata milik daging.

2. Menjaga  Posisi Kenaikan.

Prinsip kedua dalam peperanganrohani ialah menjaga posisi kenaikan. Kita telah banyak membicarakan peperangan rohani; namun  sesungguhnya, hanya ada satu macam orang yang dapat turut serta dalam peperangan rohani, yaitu orang yang telah menerima keselamatan, yang telah dibangkitkan dari maut dan yang sekarang duduk bersama Kristus di Surga.
Hanya orang macam ini yang dapat memerangi musuh di udara [ angkasa ] dari satu posisi yang sangat tinggi di surga, Karena itu,untuk ikut serta dalam peperangan rohani harus terlebih dulu menjaga posisi surgawi. Begitu kita tidak surgawi, kita segera kehilangan keadaan surgawi kita, dan semuanya akan habis. Jika Injil kita tidak berkekuatan, itu karena kita tidak cukup surgawi. Kita sendiri bumiah, lalu memakai cara-cara bumiah, memakai senjata milik daging, untuk memberitakan Injil.

Hasilnya, kita mungkin mendapatkan beberapa orang diselamatkan, tetapi kondisi mereka bagaikan orang yang berjalan menyeret lumpur, tidak sepenuhnya terlepas dari kuasa iblis. Jika kita benar-benar ingin melepaskan manusia dari kuasa iblis, agar mereka tidak hanya diselamatkan, tetapi juga sepenuhnya terlepas dari kuasa iblis, orang yang memberitakan Injil harus menjadi orang yang duduk di surga dan menjaga posisi kenaikan.

Demikin juga dalam hal membina kaum saleh. Jika kita kehilangan posisi kenaikan, kita tidak dapat menyuplai  maupun membantu kaum saleh. Jika pemberitan kita hanyalah doktrin dan persekutuan kita hanyalah pengetahuan dan moral, di dalamnya tidak ada unsur peperangan, yang dapat kita berikan kepada orang hanyalah ajaran untuk mental dan untuk pengendalian emosi; kita tidak dapat dengan riil melepaskan orang-orang dari iblis dan memalingkan mereka kepada Allah.  

Karena itu, jika ingin pekerjaan kita memiliki fungsi peperangan, mampu melepaskan orang dari tangan iblis kita harus menjaga posisi kenaikan dan terus-menerus hidup dalam kondisi surgawi.  Inilah rahasia yang sangat penting.

Akan tetapi, banyak orang di antara kita orang Kristen yang belum mencapai alam kenaikan dalam pengalaman, lalu mengapa kita masih dapat memimpin orang untuk diselamatkan dan mengasihi Tuhan? Ini dikarenakan bagaimanapun masih ada suatu bagian pada diri kita yang surgawi atau menampilkan kondisi surgawi; berdasarkan bagian itulah kita dapat membantu orang lain dan membina mereka.

Meskipun kita tercemar oleh dosa, mencintai dunia, dan bersimpati kepada daging, tetapi masih ada bagian dari diri kita yang surgawi, demikianlah kita masih dapat mengusir bagian kuasa kegelapan dalam manusia dan menyebabkan mereka berpaling kepada Tuhan dan mengasihiNya.
Jadi prinsipnya masih tetap sama. Yaitu, hanya mereka yang hidup dalam alam surga yang dapat menanggulangi kuasa kegelapan di udara dan mengusir setan. Penyelamatan dan pertolongan yang kita berikan kepada orang lain tergantung pada bagian yang bersifat surgawi di dalam kita.

Berapa banyak kondisi surgawi kita, sebanyak itu kita mampu mengusir kuasa kegelapan. Jika kita memiliki lebih banyak unsur surgawi, kita dapat lebih banyak turut serta dalam peperangan rohani. Jika kita hanya memiliki sedikit unsur surgawi, dari sudut apa kita tidak banyak memiliki unsur peperangan rohani. Ketika seseorang sepenuhnya mencapai alam surgawi, seluruh dirinya, kehidupannya, pekerjaannya, dan tindakannya, adalah peperangan rohani.

Dia mampu mengusir kuasa kegelapan dari setiap yang dia datangi dan diri setiap orang yang dia temui. Karena itu, ketika dalam pengalaman kita telah mencapai posisi kenaikan dan mampu memerintah, itulah saatnya kita dapat berperang bagi Kerajaan Allah, memulihkan bumi yang hilang bagi Allah dan membawa masuk Kerajaan Allah.

Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 17 Mei 2009

No comments:

Post a Comment