III. SEMUA PEKERJAAN ROHANI ADALAH SUATU PEPERANGAN
Karena ada peperangan antara Kerajaan Allah dengan kerajaan iblis, maka
semua pekerjaan rohani yang kita lakukan bagi Allah dalam bentuk apa pun,
selama menjamah hal-hal di alam rohani, adalah suatu peperangan. Sebagai contoh
memberitakan Injil, menurut Kisah Para
Rasul.26:18. Adalah “ untuk membuka
mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa
iblis kepada Allah”.
Ini menunjukkan
bahwa pemberitaan Injil tidak hanya
membuka mata manusia dan memalingkan mereka dari kegelapan kepada terang,
tetapi juga membebaskan mereka dari kuasa iblis. KOLOSE.1:13. Mengatakan “Ia
telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam
Kerajaan AnakNya yang terkasih.”
Dilepaskan dari kuasa kegelapan adalah
dilepaskan dari kuasa iblis atau kerajaan iblis. Dan dipindahkan ke dalam
Kerajaan AnakNya yang terkasih adalah di pindahkan ke dalam Kerajaan Allah.
Jadi, pemberitaan Injil mutlak merupakan suatu peperangan rohani untuk mengusir
kuasa iblis dalam manusia dan mendatangkan Kerajaan Allah. Orang yang tidak
percaya kepada Tuhan pasti menolak nama Allah, tidak memiliki pemerintahan
Allah atas dirinya, dan tidak berkaitan dengan kehendak Allah.
Sebaliknya , ia
sepenuhnya di bawah kuasa iblis, dan seluruh dirinya berada di dalam kerajaan
gelap iblis. Ketika seseorang beroleh selamat, pertama dia percaya kepada nama
Tuhan, kedua dia menyeru nama Tuhan, dan ketiga dia adalah untuk nama Tuhan,
milik nama Tuhan. Sejak itu dia terlepas dari kuasa iblis dan berada di bawah
nama Tuhan, menjadi milik Tuhan. Begitu nama Tuhan ada pada dirinya, otoritas
Tuhan pun mengikutinya.
Begitu otoritas Tuhan ada pada dirinya, otoritas iblis
tersingkirkan. Jadi, sesungguhnya, memberitakan Injil, membawa keselamatan
kepada orang, dan memimpin orang kepada Tuhan, adalah suatu peperangan rohani.
Membina kaum saleh juga merupakan suatu peperangan rohani. Karena membina kaum
saleh berarti melepaskan kaum saleh dari penguasa iblis dan dosa, dunia, daging
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ciptaan lama, sehingga mereka lebih
banyak terlepas dari kuasa iblis, lebih banyak mengenal nama Tuhan, dan lebih
banyak membiarkan Tuhan memerintah atas diri mereka, ini juga berarti lebih
banyak mendatangkan Kerjaan Allah atas diri mereka.
2KORINTUS.10:3-5.
10:3 Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara
duniawi,
10:4 karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjataduniawi,melainkan
senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. 10:5
Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun
oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan
segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Perkataan ini
menunjukkan bahwa meskipun seseorang sudah beroleh selamat, mungkin sebagian
besar dari pikiran dan pemikirannya masih merupakan benteng-benteng iblis, dan
banyak ide konsepsinya masih berfungsi seperti kubu yang diduduki oleh iblis.
Karena itu, ketika para rasul membina kaum saleh, tujuan mereka adalah melalui peperangan
meruntuhkan semua benteng dan kubu iblis di dalam kaum saleh dan akhirnya
menawan pikiran mereka, menaklukkannya kepada Kristus. Jadi, membina kaum saleh
juga merupakan suatu peperangan rohani.
Tidak hanya
demikian, mengurus gereja juga adalah suatu peperangan. Karena tujuan mengurus
gereja adalah agar gereja makin terlepas dari kuasa kegelapan, lebih membiarkan
Allah mendapatkan kedudukan untuk memerintah di dalam gereja, lebih membiarkan
nama Allah di tinggikan dalam gereja, lebih membiarkan kehendak Allah
terlaksana di dalam gereja, dan lebih membiarkan kemuliaan Allah terekspresikan
di dalam gereja. Jadi mengurus gereja juga merupakan suatu macam peperangan.
Bahkan doa-doa kita,
entah itu untuk diri kita, untuk keluarga, untuk gereja Tuhan atau untuk
hal-hal lainnya, semua bertujuan agar kita terlepas dari kuasa gelap iblis.
Jadi, ini juga merupakan suatu peperangan.
Jika mata kita
dicelikkan oleh Tuhan, kita akan nampak bahwa seluruh sifat pekerjaan kita
dalam melayani Tuhan adalah peperangan. Seluruh peperangan rohani kita, baik
itu melepaskan manusia dari dosa, dari dunia, dari sakit, atau dari masalah,
semuanya memiliki suatu tujuan akhir, menyelamatkan manusia dari kuasa iblis
dan mengusir kuasa kegelapan iblis dari dalam manusia, sehingga manusia bisa
didapatkan oleh Allah. Demikianlah, nama Allah bisa di kuduskan atas manusia.
Kerajaan Allah bisa datang atas manusia, dan kehendakNya bisa terlaksana atas
manusia, dan karenanya kemuliaan Allah bisa diekspresikan atas manusia. Jadi
sifat semua pekerjaan ini adalah peperangan rohani.
IV. PRINSIP-PRINSIP
PEPERANGAN ROHANI.
Ketika kita secara
riil mengalami peperangan rohani, ada beberapa prinsip dasar yang harus kita
pegang atau jaga.
1.Tidak Bisa Menggunakan Senjata Milik Daging.
Prinsip pertama dalam
peperangan rohani ialah tidak bisa menggunakan senjata milik daging. Dalam
2KORINTUS.10:3-5. Yang telah kita baca. Rasul Paulus dengan jelas memberi tahu
kita. Dia mengatakan,” Memang kami masih
hidup di dunia, tetapi tidak berjuang secara duniawi [ daging ], karena senjata
kami dalam peperangan
bukanlah senjata duniawi [ milik daging ].”
Senjata
milik daging ini tidak hanya mengacu kepada marah-marah, juga mecakup semua
siasat dan cara alamiah manusia. Misalnya, kita mungkin merasa bahwa seorang
saudara tertentu telah berbuat salah dan kesalahan itu sudah menjadi suatu
masalah dalam gereja, Kita ingin mengoreksi dia, tetapi kita merasa sulit
berkenaan dengan hubungan emosi. Kemudian kita ingin bahwa ada saudara lain
yang hubungannya agak akrab dengannya, lalu kita meminta itu untuk berbicara
dengannya.
Siasat berputar semacam ini juga adalah suatu senjata milik daging,
akhirnya pasti tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut. Di alam masyarakat
dan dunia bisnis, banyak dipakai siasat sedemikian. Tetapi dalam peperangan
rohani, kita tidak boleh memakai siasat. Karena begitu kita memakai siasat
daging, kita sendiri segera jatuh ke tangan musuh.
Jika demikian, bagaimana
kita bisa melepaskan orang lain dari tangan musuh? Kita lihat diri Paulus, dia
adalah orang yang tidak pernah menggunakan senjata milik daging. Dalam
hubungannya dengan gereja dan kontaknya dengan orang-orang kudus, dia selalu
lurus. Dia lebih baik diperlakukan seperti orang bodoh daripada menggunakan
tangan kotor.
Itulah sebabnya dia dapat menjadi “ senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup
meruntuhkan benteng-benteng”, dan meraih kemenangan dalam peperangan
rohani. Demikian juga, jika kita ingin menang dalam semua pekerjaan rohani kita
dan berhasil, kita harus meninggalkan semua senjata daging.
Misalnya, dalam memberitakan Injil tidaklah masalah jika mengunakan traktat
sebagai ilustrasi bantuan untuk presentasi, tetapi jika kita terus-menerus
bersandar pada berbagai metode atau menggunakan keuntungan materi untuk menarik
orang, itu adalah menggunakan senjata daging, paling banyak hanya dapat membuat orang menjadi anggota gereja, tidak
dapat melepaskan orang dari tangan iblis.
Karena itu, prinsip pertama dalam peperangan
rohani adalah meninggalkan semua senjata milik daging.
2.
Menjaga Posisi Kenaikan.
Prinsip
kedua dalam peperanganrohani ialah menjaga posisi kenaikan. Kita telah banyak
membicarakan peperangan rohani; namun
sesungguhnya, hanya ada satu macam orang yang dapat turut serta dalam
peperangan rohani, yaitu orang yang telah menerima keselamatan, yang telah
dibangkitkan dari maut dan yang sekarang duduk bersama Kristus di Surga.
Hanya
orang macam ini yang dapat memerangi musuh di udara [ angkasa ] dari satu
posisi yang sangat tinggi di surga,
Karena itu,untuk
ikut serta dalam peperangan rohani harus terlebih dulu menjaga posisi surgawi.
Begitu kita tidak surgawi, kita segera kehilangan keadaan surgawi kita, dan
semuanya akan habis. Jika Injil kita tidak berkekuatan, itu karena kita tidak
cukup surgawi. Kita sendiri bumiah, lalu memakai cara-cara bumiah, memakai
senjata milik daging, untuk memberitakan Injil.
Hasilnya, kita mungkin mendapatkan beberapa
orang diselamatkan, tetapi kondisi mereka bagaikan orang yang berjalan menyeret
lumpur, tidak sepenuhnya terlepas dari kuasa iblis. Jika
kita benar-benar ingin melepaskan manusia dari kuasa iblis, agar mereka tidak
hanya diselamatkan, tetapi juga sepenuhnya terlepas dari kuasa iblis, orang
yang memberitakan Injil harus menjadi orang yang duduk di surga dan menjaga
posisi kenaikan.
Demikin
juga dalam hal membina kaum saleh. Jika kita kehilangan posisi kenaikan, kita
tidak dapat menyuplai maupun membantu
kaum saleh. Jika pemberitan kita hanyalah doktrin dan persekutuan kita hanyalah
pengetahuan dan moral, di dalamnya tidak ada unsur peperangan, yang dapat kita
berikan kepada orang hanyalah ajaran untuk mental dan untuk pengendalian emosi;
kita tidak dapat dengan riil melepaskan orang-orang dari iblis dan memalingkan
mereka kepada Allah.
Karena itu, jika
ingin pekerjaan kita memiliki fungsi peperangan, mampu melepaskan orang dari
tangan iblis kita harus menjaga posisi kenaikan dan terus-menerus hidup dalam
kondisi surgawi. Inilah rahasia yang
sangat penting.
Akan tetapi, banyak orang di antara kita orang Kristen yang
belum mencapai alam kenaikan dalam pengalaman, lalu mengapa kita masih dapat
memimpin orang untuk diselamatkan dan mengasihi Tuhan? Ini dikarenakan
bagaimanapun masih ada suatu bagian pada diri kita yang surgawi atau
menampilkan kondisi surgawi; berdasarkan bagian itulah kita dapat membantu
orang lain dan membina mereka.
Meskipun kita tercemar oleh dosa, mencintai
dunia, dan bersimpati kepada daging, tetapi masih ada bagian dari diri kita
yang surgawi, demikianlah kita masih dapat mengusir bagian kuasa kegelapan
dalam manusia dan menyebabkan mereka berpaling kepada Tuhan dan mengasihiNya.
Jadi prinsipnya masih tetap sama. Yaitu, hanya mereka yang hidup dalam alam
surga yang dapat menanggulangi kuasa kegelapan di udara dan mengusir setan.
Penyelamatan dan pertolongan yang kita berikan kepada orang lain tergantung
pada bagian yang bersifat surgawi di dalam kita.
Berapa banyak kondisi surgawi
kita, sebanyak itu kita mampu mengusir kuasa kegelapan. Jika kita memiliki
lebih banyak unsur surgawi, kita dapat lebih banyak turut serta dalam
peperangan rohani. Jika kita hanya memiliki sedikit unsur surgawi, dari sudut
apa kita tidak banyak memiliki unsur peperangan rohani. Ketika seseorang
sepenuhnya mencapai alam surgawi, seluruh dirinya, kehidupannya, pekerjaannya,
dan tindakannya, adalah peperangan rohani.
Dia mampu mengusir kuasa kegelapan
dari setiap yang dia datangi dan diri setiap orang yang dia temui. Karena itu,
ketika dalam pengalaman kita telah mencapai posisi kenaikan dan mampu memerintah,
itulah saatnya kita dapat berperang bagi Kerajaan Allah, memulihkan bumi yang
hilang bagi Allah dan membawa masuk Kerajaan Allah.
Pdt. Felix Agus
Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 17 Mei 2009
No comments:
Post a Comment