Translate

Wednesday 3 April 2013

EKSPRESI HUKUM HAYAT

Banyak orang Kristen kawakan yang tidak menyadari betapa besarnya peranan kekuatan tekad dalam hidup mereka. Inilah juga sebagian dari kesulitan Paulus dalam ROMA. 7. Tekatnya baik, tetapi semua tindakannya berlawanan dengan tekatnya. Bagaimanapun ia bertekad untuk menyenangkan hati Allah, keadaannya malah semakin gelap.

”Aku ingin berbuat baik”, tetapi “Aku bersifat daging, terjual di bawah dosa”. Di sinilah persoalannya. Banyak orang Kristen seperti mobil tanpa bensin, perlu orang mendorongnya. Bila tidak di dorong lagi, ia segera berhenti. Mereka berusaha mengendalikan diri mereka dengan kekuatan tekadnya. Akibatnya, mereka menganggap hidup sebagai orang Kristen itu sangat pahit, sangat melelahkan.




Beberapa orang malah memaksa diri melakukan pekerjaan kekeristenan karena orang lain melakukannya. Mereka berseru “Haleluya” dikarenakan yang lain telah berseru “Haleluya”, sedangkan mereka sendiri mengaku bahwa hal itu tidak berarti apa-apa bagi mereka. Mereka memaksa diri menjadi orang lain, dan hal itu lebih buruk daripada mencoba mengalirkan air ke atas gunung. 

Sebab, titik tertinggi yang dapat dicapai oleh tekad adalah kerelaan MATIUS.26:41. Jikalau kita harus mengeluarkan begitu banyak tenaga untuk menempuh hidup Kekristenan kita, itu menunjukkan apa yang kita tempuh bukanlah kehidupan orang Kristen yang sebenarnya. Kita tidak perlu memaksa diri untuk mengucapkan bahasa kita sendiri. 


Sebenarnya, kita baru memerlukan kekuatan tekad bila kita melakukan sesuatu yang tidak senang kita lakukan. Mungkin kita dapat bertekad sejangka waktu, tetapi akhirnya tetap hukum dosa dan hukum maut yang menang. Mungkin kita bisa berkata, “Bertekad ada padaku, dan aku telah menampilkan yang baik selama dua minggu”,tetapi akhirNya kita harus mengakui, “Sebab apa yang aku perbuat, bukan karena kemauanku.” Ingatlah, kita bertekad, karena kita bukan sesuatu. 

Jika kita adalah sesuatu itu, kita tidak perlu lagi mengharapkan menjadi sesuatu itu. Mungkin Anda bertanya, “Mengapa orang memakai kekuatan tekad untuk mencari perkara Allah.?” Sedikitnya ada dua alasan. Mereka sama sekali belum dilahirkan kembali, karena itu, mereka tidak memiliki hayat baru yang bisa di sandari; atau, mereka telah dilahirkan kembali dan sudah memiliki hayat yang baru, tetapi mereka tidak belajar bersandar kepada hayat itu

Kekurangan pemahaman seperti itu mengakibatkan terjadinya kegagalan dan dosa yang berlarut-larut, yang membawa mereka kepada keadaan hampir-hampir tidak mempercayai adanya sesuatu yang lebih baik. Kita harus tahu, kehidupan yang rapuh yang kita alami itu bukanlah yang Allah berikan kepada kita. Itu terjadi karena kita tidak sepenuhnya percaya dan bersandar kepadaNya. 

ROMA.6:23. Mengatakan, ”Tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” ROMA.8:2. Mengatakan, “Sebab Roh yang memberi hidup telah me merdekakan kita di dalam Kristus Yesus”. ROMA.8:2. tidak membicarakan sebuah kasih karunia yang baru, melainkan membicarakan hayat yang sudah di sebutkan dalam ROMA.6:23. 

Dengan kata lain, yang dibahas dalam ROMA.8:2. Adalah wahyu yang baru dari sesuatu yang sudah kita miliki. Ini bukanlah sesuatu yang baru dari tangan Allah, melainkan satu penyingkapan baru dari sesuatu yang sudah diberikan olehNya. Ini adalah suatu penemuan baru dari pekerjaan yang telah digarapkan di dalam Kristus, karena perkataan “membebaskan aku“ di tulis dalam bentuk lampau. 


Jika aku benar-benar nampak hal ini, dan percaya kepadaNya, maka aku sama sekali tidak perlu berulang-ulang mengalami ROMA.7. – entah itu pergumulan yang tidak menyenangkan kegagalan atau penampilan kekuatan tekad yang tanpa hasil. Jika kita melepaskan tekad kita sendiri dan bersandar kepadaNya, kita tidak akan jatuh ke tanah dan pecah, melainkan kita akan jatuh ke bawah hukum lain, yaitu hukum Roh hayat. 

Karena Allah bukan hanya memberikan kita hayat, melainkan juga hukum hayat. Sebagaimana hukum gravitasi adalah hukum alam dan bukan hasil penetapan manusia, demikian pula hukum hayat adalah hukum “ alam “, serupa dengan hukum yang membuat jantung kita tetap berdenyut atau yang mengendalikan gerakan kelopak mata kita. Kita tidak perlu memikirkan mata kita, atau menetapkan kita harus mengedipkan mata berapa kali untuk menjaga mata kita tetap bersih, dan lebih-lebih kita pun tidak perlu memakai tekad kita untuk mengendalikan denyut jantung kita. 

Kita tidak berbuat demikian, itu bukan menolong malah mencelakakan. Asal kita hidup, anggota-anggota tubuh itu akan bergerak dengan sendirinya. Tekad kita hanya akan mengganggu hukum hayat. Haruskah kita membaca Alkitab? Tentu saja kita harus membaca Alkitab, karena kalau tidak, hidup rohani kita akan dirugikan. 


Tetapi itu tidak berarti kita memaksa diri membacanya. Ada satu hukum baru di dalam kita yang memberi kita rasa lapar terhadap firman Allah. Lalu setengah jam membaca akan lebih berfaedah daripada lima jam membaca dengan terpaksa. Demikian pula halnya dengan bersedekah, menginjil, atau bersaksi. Memberitakan Injil secara terpaksa sering menghasilkan pemberitaan Injil yang berapi-api dengan hati yang dingin, dan kita semua tahu, apa yang dimaksud dengan “ kasih yang dingin”

Jika kita membiarkan diri kita hidup di dalam hukum yang baru, kita akan semakin tidak menyadari hukum yang lama. Maskipun hukum yang lama itu masih ada, tetapi ia tidak lagi mengendalikan kita, dan kita pun tidak lagi berada di dalam cengkeremannya. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan dalam MATIUS. 6.” Pandanglah burung-burung........Perhatikanlah bunga bakung di ladang.” 


Jika kita bisa bertanya kepada burung-burung itu, apakah mereka tidak takut kepada hukum gravitasi? Mereka tentu akan menjawab, “Kami tidak pernah mendengar tentang Newton. Kami tidak tahu tentang hukumnya. Kami terbang karena hukum hayat di dalam kami menyuruh kami terbang.” Di dalam mereka tidak hanya ada satu hayat yang bisa terbang, bahkan hayat itu mempunyai satu hukum yang memungkinkan makhluk hidup itu dengan sendirinya dan dengan konsisten mengatasi hukum gravitasi. 

Namun gravitasi itu tetap ada. Jika Anda bangun di pagi hari, ketika melihat seekor burung tergeletak di halaman, Anda akan di ingatkan kembali akan kekuatan hukum itu. Selama burung itu masih hidup, ia mengatasi hukum gravitasi itu, dan hayat di dalam mereka mengendalikan kesadaran mereka.

Allah benar-benar merahmati kita. Ia telah memberi kita hukum baru dari Roh itu, kini bagi kita,”terbang “ bukan lagi soal tekad kita, melainkan soal hayatNya. Pernahkah Anda perhatikan, sungguh suatu siksaan bila seorang Kristen yang tidak bisa sabar di suruh bersabar? Menyuruhnya bersabar bisa membuatnya jatuh sakit karena tertekan. 

Namun Allah tidak pernah menyuruh kita menjadi orang yang bukan diri kita; misalnya, dengan mengendalikan pikiran, berusaha menambahkan kadar kerohanian kita. Rasa khawatir hanya bisa mengurangi ketinggian [ membungbungnya ] rohani seseorang, itu tidak bisa menambahkan apa-apa. Tuhan berkata kepada kita, “ Janganlah khawatir,” kataNya, “Perhatikanlah bunga bakung di padang....mereka bertumbuh.” Dia mengarahkan perhatian kita kepada hukum baru dari hayat yang ada di dalam kita. Betapa kita perlu memiliki satu pengenalan yang baru terhadap hayat yang ada di dalam kita. 

Ini benar-benar satu penemuan yang sangat berharga! Hal itu akan membuat kita menjadi satu manusia yang baru sama sekali; karena ia bekerja dalam hal-hal yang paling kecil, juga dalam hal-hal yang paling besar. 

Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 31 Mei 2009

No comments:

Post a Comment