Translate

Thursday 11 April 2013

3. DASAR PENANGGULANGAN DOSA


Maskipun sasaran penanggulangan dosa kita meliputi semua dosa yang telah kita lakukan, tetapi dalam pelaksaanannya, Allah tidak menghendaki kita menanggulangi semua dosa sekaligus. Melainkan menanggulangi dosa-dosa yang kita rasakan atau sadari saat kita bersekutu dengan Dia.

Bukan kita harus sekaligus menanggulangi semua dosa yang telah kita lakukan, tetapi hanya yang kita sadari saat bersekutu dengan Allah, itulah yang kita tanggulangi. Karena itu, dasar penanggulangan dosa kita adalah perasakan atau kesadaran yang kita miliki saat bersekutu dengan Allah. Kita mengenal ini dalam MATIUS.5:23 dan1YOHANES 1:7. MATIUS5:23. memberitahukan kita bahwa ketika kita mempersembahkan persembahan di atas mezbah dan kita teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudara kita terhadap kita harus pergi berdamai dahulu dengannya.


Mempersembahkan persembahan adalah untuk bersekutu dengan Allah. Karena itu, ini berarti ketika kita bersekutu dengan Allah dan teringat akan adanya perselisihan antara kita dengan orang lain, atau sebaliknya, kita harus segera berusaha menyelesaikan keadaan itu, agar persekutuan kita dengan Allah tidak terpengaruh atau terganggu. 1YOHANES 1:7.

Menunjukkan bahwa jika kita mempunyai persekutuan dengan Allah, kita dapat nampak dosa-dosa kita dalam terangNy,lalu sesuai dengan apa yang kita nampak dalam terangNya, kita mengakuinya kepada Allah dan menanggulanginya di depan Allah untuk mendapatkan pengampunan dan pembasuhan Allah. MATIUS 5 membicarakan masalah kita dengan orang lain;1YOHANES 1 membicarakan masalah kita dengan Allah.


Yang satu diingatkan oleh mezbah, yang lain nampak dalam terang. Keduanya mengacu kepada perasakan atau kesadaran kita ketika bersekutu dengan Allah. Bersadarkan kesadaran inilah kita menanggulangi di hadapan manusia dan Allah. Karena itu, dasar penanggulangan dosa adalah perasakan atau kesadaran kita saat bersekutu dengan Allah.

Panunggulangan kita terhadap dosa hanya berdasarkan pada perasaan kita saat bersekutu dengan Allah, bukan pada semua fakta dosa yang telah kita lakukan. Karena itu, ruang lingkup dasar penanggulangan lebih kecil dari pada runag lingkup sasaran penanggulangan. Misalnya, kita telah melakukan seratus kasus dosa, tetapi ketika kita datang kepada Allah dan bersekutu dengan Dia, kita hanya teringat hanya nampak sepuluh dosa, kita harus menanggulangi kesepuluh dosa yang kita ingat itu. Jika kita hanya menyadari sepuluh persen,kita menanggulangi sepuluh persen; jika kita menyadari dua puluh persen, kita menanggulangi dua puluh persen. 

Dengan kata lain, kita hanya menanggulangi sejumlah dosa yang kita ingat. Banyaknya dosa yang kita sadari adalah dosa-dosa yang harus kita tanggulangi. Inilah prinsip “teringat” seperti yang tercantum dalam MATIUS 5, dan inilah prinsip kita dalam menanggulangi dosa. Kita dapat membiarkan dosa-dosa yang sementara ini tidak kita sadari, sampai suatu waktu, ketika kita bersekutu dengan Allah dan menyadarinya, baru kita menanggulanginya. Jadi, sesungguhnya dapat dikatakan bahwa menanggulangi dosa bukanlah peraturan hukum Taurat, melainkan tuntutan persekutuan.

Mengapa kita boleh membiarkan dosa-dosa yang sementara ini tidak kita sadari? Karena dosa-dosa yang tidak kita sadari itu tidak mempengaruhi persekutuan kita dengan Allah. Ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang tidak benar, orang lain tahu akan kesalahannya itu, tetapi ia sendiri mungkin tidak menyadarinya, karena itu hati nuraninya masih tidak tertuduh, ia masih dapat berdoa dan bersekutu dengan Tuhan, dan ia masih dapat melayani Allah serta bersaksi bagi Allah seperti biasanya; kehidupan dan pelayanan rohaninya tetap tidak terpengaruh.

Tetapi, begitu ia menyadari dosa itu dan tidak membereskannya, ia segera memiliki hati nurani yang tertuduh; persekuuannya dengan Tuhan terhalang, kehidupan dan pelayanan rohaninya menjadi tidak normal. Menurut MATIUS 5, jika seseorang teringat akan sesuatu yang harus ditanggulangi tetapi mengabaikannya, persekutuannya dengan Allah segera terputus, Ia harus cepat- cepat menanggulanginya dengan tuntas; setelah itu, barulah ia dapat mempunyai persekutuan lagi dengan Allah. 1YOHANES 1:7 mencantumkan fakta yang sama.

Jika seseorang nampak dosanya dalam terang persekutuanan tidak segera menanggulanginya, maka persekutuannya akan terhalang. Jadi, jika kita tidak nampak dosa-dosa yang telah kita lakukan, kita tidak perlu menanggulanginya. Tetapi, jika kita nampak, kita harus segera menanggulanginya; jika tidak, hati nurani kita akan menuduh kita, iman kita akan kandas, dan semua perkara rohani akan bocor 1TIMOTIUS 1:19.

Karena itu, ketika membantu orang lain menanggulangi dosa, kita tidak menyuruh mereka menanggulangi dosa-dosa yang tidak mereka sadari, tetapi hanya dosa-dosa yang telah mereka sadari. Ketika seseorang sadar akan dosa-dosanya namun mengabaikan atau tidak mau menanggulanginya baru kita dapat membantu dan memimpinnya untuk menanggulanginya. Demikian pula halnya ketika memeriksa pengalaman kita dalam menanggulangi dosa. 
Kita tidak menanyakan berapa banyak dosa yang telah kita lakukan dan yang belum kita tanggulangi, melainkan berapa banyak dosa yang telah kita nampak namun belum kita tanggulangi. Kita dapat membiarkan dosa-dosa yang sementara ini tidak kita sadari, tetapi yang kita sadari harus kita tanggulangi dengan segera. Banyak sauara yang hingga hari ini belum taat sepenuhnya terhadap perasakan yang mereka miliki pada saat bersekutu dengan Allah.

Sebagai contoh, ada orang mungkin telah melakukan seratus perbuatan tidak benar dan pada saat bersekutu dengan Tuhan, ia nampak dua puluh di antaranya, tetapi yang benar-benar ia tanggulangi mungkin hanya lima. Karena itu, timbul satu masalah dalam persekutuannya dengan Tuhan, rohnya tidak bisa kuat, dan doanya tidak bisa bebas. Keadaannya di hadapan Tuhan mengalami kerugian yang besar. Jadi, di sini kita nampak bahwa perasakan yang diperoleh melalui persekutuan, yang akan menjadi dasar penanggulangan dosa, tidaklah mutlak sama, tetapi berbeda-beda menurut tingkat kedalaman persekutuan yang dimiliki seseorang dengan Tuhan.
Perbuatan tidak benar yang sama, di mata seseorang mungkin adalah dosa, sedangkan di mata orang lain, hal ini bukan dosa. Ini karena tingkat persekutuan orang yang satu lebih dalam daripada yang lain; maka perasakan yang diperolehnya melalui persekutuan lebih tajam daripada orang lain. Misalnya, prihal berbohong. Ada orang mungkin berbohong secara terang-terangan, dan semua orang mengetahui bahwa itu dosa. Orang lain lagi mungkin berbohong melalui menceritakan suatu fakta, dan orang awam tidak merasa bahwa itu dosa. Akan tetapi, bagi orang yang memiliki persekutuan yang dalam dengan Tuhan, tahu bahwa hal itu juga berbohong; ini pun harus ditanggulangi.

Jadi, penanggulangan dosa adalah berdasar pada perasaan yang kita miliki pada saat kita bersekutu dengan Tuhan, dan perasakan yang kita miliki pada saat bersekutu dengan Tuhan adalah berdasar pada kedalaman persekutuan. Jika tingkat persekutuan kita dalam, perasakan kita akan banyak dan peka. Sebaliknya, jika tingkat persekutuan kita dangkal, perasakan kita akan sedikit dan tumpul. Sama seperti udara dalam satu ruangan, yang sekilas terlihat cukup bersih dan bebas debu. Sebenarnya, cahaya yang kurang terang.

Penglihatan kita tidak cukup memadai, karena itu kita tidak nampak debunya. Namun, begitu cahaya matahari menyorot ruangan itu, di bawah cahaya yang cukup terang, kita segera sadar bahwa banyak partikel debu di udara dalam ruangan tersebut. Demikian juga, atas diri kita terdapat banyak hal yang tidak benar dan tidak sesuai hukum; di antaranya ada dosa-dosa yang lebih kasar dan berat, yang dengan mudah dikenal, tetapi juga banyak dosa yang lebih halus dan kecil, yang tidak begitu mudah untuk disadari. Perlu menunggu sampai persekutuan kita dalam hayat diperdalam, baru kita bisa menyadarinya dan menanggulanginya. 

Karena itu, kita selamanya tidak boleh mengukur orang lain dengan tolak ukur perasakan kita sendiri, kita juga tidak boleh menerima peraskan orang lain sebagai tolak untuk mengukur diri sendiri. Setiap orang harus belajar menanggulangi dosa hanya menurut perasakannya sendiri pada saat dia bersekutu dengan Tuhan. Selain itu,kita harus jelas, sekalipun kita telah menanggulangi dosa-dosa yang kita sadari, hal itu tidak berarti bahwa seluruh dosa kita telah ditanggulangi, karena masih ada fakta-fakta dosa yang tidak kita sadari.

Karena itu, jika kita ingin dengan tuntas menanggulangi dosa kita, kita harus memperkuat persekutuan kita dengan Allah. Begitu persekutuan kita dengan Allah diperkuat, perasaan kita terhadap dosa akan makin peka, dan panunggulangan kita baru bisa lebih tuntas. Bagai mana kita menguatkan persekutuan kita? Pertama, kita harus memperluas ruang lingkup persekutuan kita. Tingkat perasakan kita adalah tingkat persekutuan kita. Dalam persekutuan, kita membentangkan semua perkara di hadapan Tuhan.

Demikian, kita akan memiliki perasakan atas setiap perkara itu, dan karenanya kita dapat menanggulangi perkara-perkara itu. Selain itu, ketika kita menanggulangi dosa yang kita sadari, persekutuan kita dengan sendirinya akan meningkat; begitu persekutuan meningkat makin banyak lagi dosa yang akan tersingkap, dan kita akan meningkatkan penanggulangan kita. Semakin banyak kita menanggulangi dosa dan semakin meningkat persekutuan kita, maka wilayah perasakan kita menjadi semakin luas, dan penanggulangan kita pun semakin bertambah. Demikian penanggulangan kita akan meliputi berbagai aspek.

Kedua, kita harus memperdalam tingkat persekutuan kita. Begitu ruang lingkup persekutuan kita meluas, kita bisa menanggulangi semua dosa. Namun penanggulangan ini mungkin masih belum cukup tuntas. Itulah sebabnya persekutuan kita dengan Tuhan perlu diperdalam. Begitu persekutuan diperdalam, maka perasakan kita akan merasa bahwa penanggulangan kita yang dahulu tidak cukup tuntas, dan kita perlu menanggulanginya lagi. Begitu menanggulangi, persekutuan akan lebih dalam lagi; begitu mengalami persekutuan yang lebih dalam, kita akan kembali melakukan penanggulangan. Dengan demikian bukan hanya semua dosa yang perlu ditanggulangi yang bisa kita tanggulangi, bahkan dosa-dosa itu ditanggulangi dengan tuntas.

Pdt. Felix Agus Firgianto
Khotbah 8 November 2009

No comments:

Post a Comment