Keragaman Pengalaman
Mungkin anda bertanya,”Bagaimana aku tahu bahwa Roh Kudus sudah turun ke atas diriku?” saya tidak dapat mengatakan bagaimana anda mengetahui, tetapi anda bisa mengetahuinya. Alkitab tidak memberi tahu kita gambaran tentang perasakan pribadi dan emosi murid-murid di hari Pentakosta. Kita tidak tahu persis bagaimana perasaan mereka, tetapi kita tahu, bahwa perasaan mdan perilaku mereka agak “abnormal”, karena orang-orang yang melihat mereka berkata bahwa mereka mabuk.
Mungkin anda bertanya,”Bagaimana aku tahu bahwa Roh Kudus sudah turun ke atas diriku?” saya tidak dapat mengatakan bagaimana anda mengetahui, tetapi anda bisa mengetahuinya. Alkitab tidak memberi tahu kita gambaran tentang perasakan pribadi dan emosi murid-murid di hari Pentakosta. Kita tidak tahu persis bagaimana perasaan mereka, tetapi kita tahu, bahwa perasaan mdan perilaku mereka agak “abnormal”, karena orang-orang yang melihat mereka berkata bahwa mereka mabuk.
Ketika Roh Kudus turun ke atas
umat Allah, akan terjadi sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh dunia, akan
terjadi sesuatu yang adikodrati, walaupun itu tidak lebih dari perasaan yang
meluap-luap akibat penyertaan sesuatu yang ilahi. Kita tidak dapat dan tidak
seharusnya menyatakan, bahwa keadaan tertentu dari ekspresi luaran itu pasti
terjadi dalam setiap pencurahan Roh Kudus; tetapi kita dapat mengatakan, setiap
orang yang telah dicurahi Roh Kudus pasti bisa mengetahui bahwa dirinya telah
dipenuhi Roh Kudus.
Ketika Roh Kudus turun ke atas
murid-murid pada hari pentakosta, perilaku mereka sangat khusus. Dengan
mengutip Firman Allah, Petrus menjelaskan kepada orang-orang yang menyaksikan
hal itu,”Tetapi itulah yang diFirmankan Allah dengan perantaan Nabi Yoel: akan
terjadi pada hari-hari terakhir – demikianlah Firman Allah – bahwa aku akan
mencurahkan Rohku ke atas semua manusia; maka anakmu laki-laki dan perempuan
akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan, dan
orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.”
Pada hari itu, apakan Petrus
bernubuat? Sulit sekali mengatakan bahwa Petrus memiliki keadaan yang sesuai
dengan nubuat yang dikatakan dalam kitab Yoel. Pakan keseratus dua puluh orang
itu bernubuat dan Nampak visi? Alkitab tidak memberitahu demikian. Apakah
mereka mendapat mimpi? Bagaimana mungkin, karena mereka dalam keadaan terjaga?
Lalu apa maksud Petrus mengutip
pernyataan yang tidak cocok dengan keadaan saat itu? Dalam potongan Firman yang
dikutip itu Yoel 2:28-29 nubuat, mimpi, dan penglihatan dikatakan akan
menyertai pencurahan Roh itu, namun hal-hal itu tidak ada pada saat pentakosta.
Di pihak lain, nubuat Yoel tidak
mengatakan tentang “suatu suara seperti angina keras yang menderu” atau
“lidah-lidah api” sebagai yang terjadi pada pencurahan Roh itu; namun hal itu
ternyata terjadi diruang atas itu. Dalam bagian mana dari kitab Yoel yang
mengatakan bajwa mereka akan berbicara dengan bahasa lain? Namun murid-murid
melakukannya pada hari Pentakosta.
Apa maksud Petrus? Bayangkan, dia
mengutip Firman Allah untuk menunjukkan bahwa pengalaman pentakosta itu adalah
pencurahan Roh Kudus yang dibicarakan Yoel, tetapi tidak satupun dari hal-hal
yang disebutkan Yoel terjadi pada hari pentakosta! Apa yang dimiliki
murid-murid itu tidak disebutkan dalam kitab Yoel! Nampaknya kutipan kitab Yoel
oleh Petrus itu tidak membuktikan maksudnya. Bagaimanakah sebenarnya penjelasan
misteri ini?
Bahwa pada hari itu Petrus
berbicara di bawah kendali Roh Kudus. Kitab Kisah Rasul ditulis berdasarkan
gerakan Roh Kudus, tidak ada satu katapun yang dicantumkan tanpa makna; tidak
ada yang bertentangan, semuanya serasi sempurna. Perhatikanlah dengan cermat,
Petrus tidak berkata, “ yang kalian lihat dan dengan adalah menggenapkan apa
yang dikatakan oleh Nabi Yoel.” Tetapi Petrus berkata,”Inilah yang diFirmankan Allah
dengan perantaan Nabi Yoel.” Kisah Rasul 2:16
Jadi ini bukan soal penggenapan,
melainkan soal pengalaman dari perkara yang sama. “Itulah yang berarti perkaran
yang kalian lihat dan dengar ini sama dengan yang pernah dinubuatkan itu”.
Kalau kasus itu merupakan penggenapan, maka setiap pengalaman harus sama
persis; harus ada yang bernubuat, harus ada yang mendapatkan mimpi, dan harus
ada yang mendapatkan penglihatan. Tetapi Petrus berkata”itulah yang”. Ini bukan
berarti perkara yang satu merupakan pengulangan dari yang lain, melainkan satu
perkara dengan seluk beluk yang sejenis.
Dalam hal ini Roh Kudus melalui
Petrus telah menekankan keragaman pengalaman. Penampilan luaran boleh banyak
dan beragam, dan kitapun harus mengakui bahwa kadang-kadang hal-hal itu
terlihat aneh, tetapi Roh Kudus hanya satu, dan Dia adalah Tuhan.
1 Korintus 12:4-6
12:4 Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh
12:5 Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan
12:6 Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu
yang mengerjakan semuanya dalam semua orang
Ketika Roh Kudus dicurahkan ke
atas umat Allah, pengalaman mereka beragam. Ada yang menerima penglihatan baru,
ada yang mengenal kebebasan baru dalam menenangkan jiwa, ada yang dalam
memberitakan Firman Allah memiliki kuasa yang segar, ada yang dipenuhi dengan
sukacita surgawi atau pujian yang meluap-luap.
Pengalaman macam apapun ang
mereka alami, semuanya adalah pengalaman Pantekosta itu! Maka kita memuji Tuhan
atas setiap pengalaman baru yang berhubungan dengan ditinggikannya Kristus,
yang dapat dikatakan, bahwa “ini” adalah bukti dari “itu”. Penanggulangan Allah
terhadap anak-anakNya tidaklah sama.
Sebab itu kita tidak seharusnya
dengan berprangka dan berpraduga, menetapkan ukuran yang tertentu bagi
pekerjaan Roh Kudus, baik dalam hidup kita sendiri atau dalam hidup orang lain.
Hal ini juga berlaku bagi orang-orang yang menuntut ekspresi khusus “berbahasa
lidah” sebagai bukti bahwa Roh itu telah turun keatas mereka, dan bari orang-orang
yang menyangkal bahwa tidak ada ekspresi apapun yang diberikan.
Kita harus membiarkan Allah bebas
bekerja menurut kehendakNya, dan memberikan bukti apa saja yang Ia senangi dari
ekerjaan yang dilakukanNya. Dia adalah Tuhan, kita sedikitpun tidak ada hak
untuk menentukan sesuatu bagiNya.
Marilah kita yang telah memahami
bersukacita karena Yesus yang telah berada di tahta, dan memujiNya karena
setelah Ia dimuliakan, Roh itu telah dicurahkan di atas kita semua. Ketika kita
Nampak Dia disana, dan telah menerima fakta dalam iman yang sederhana, maka
dalam pengalaman, kita bisa dengan pasti mengetahui , juga bisa dengan penuh
keyakinan dan keberanian mengumumkan. “Ini adalah itu!”.
Berhuninya Roh Kudus di batin
Hal ini akan kita lihat dan bahas lebih banyak dalam Roma 8 karena pokok pembahasan dalam kitab tersebut adalah mengenai berhuninya Roh Kudus di batin. Roma 8:9 mengatakan, “jika Roh Allah memang diam di dalam kamu ….. “ ayat 11, “jika Roh Dia yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati tinggal didalam kamu……”
Hal ini akan kita lihat dan bahas lebih banyak dalam Roma 8 karena pokok pembahasan dalam kitab tersebut adalah mengenai berhuninya Roh Kudus di batin. Roma 8:9 mengatakan, “jika Roh Allah memang diam di dalam kamu ….. “ ayat 11, “jika Roh Dia yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati tinggal didalam kamu……”
Sebagaimana dengan pencurahan Roh,
demikian pula dengan Roh yang berhuni di batin. Jika kita ingin dalam
pengalaman mengenal bahwa Roh Kudus yang berhuni didalam kita itu adalah satu
fakta, mula-mula kita memerlukan wahyu ilahi. Ketika kita melihat Kristus
sebagai Tuhan secara obyektif – yang ditinggikan ke tahta di surga – kita akan
mengalami kuasa Roh diatas diri kita.
Ketika kita Nampak Kristus
sebagai Tuhan secara subyektif – sebagai pemerintah yang efektif didalam hidup
kita – kita akan tahu kuasa Roh itu didalam kita. Wahyu tentang Roh yang
berhuni di batin adalah jalan penyelamatan yang ditawarkan Paulus bagi
orang-orang Kristen di Korintus yang tidak Rohani.
Penting untuk diperhatikan, bahwa
orang-orang Kristen di Korintus telah diduduki oleh tanda-tanda yang dapat
dilihat dari pencurahan Roh Kudus, seperti “berbahasa lidah” dan melakukan
mujizat mujizat, sedangkan hidup mereka penuh dengan kontrakdisi dan memalukan
nama Tuhan. Memang mereka telah menerima Roh Kudus, namun mereka belum dewasa
secara Rohani. Jalan penyelamatan yang Allah tawarkan kepada mereka adalah
jalan penyelamatan yang ditawarkanNya kepada gereja hari ini dengan keluhan
yang sama.
Dalam suratnya kepada orang-orang
Korintus, Paulus menulis demikian, “Tidak
tahukan kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam didalam
kamu” 1 Korintus 3:16. Untuk
kaum saleh di Efesus ia berdoa, “agar
mata hatimu terang…..agar kamu mengerti” Efesus
1:18
Pengenalan terhadap fakta ilahi
tidak hanya dibutuhkan oleh orang-orang Kristen saat itu, juga dibutuhkan oleh
orang-orang Kristen hari ini. Mata hati kita perlu diterangi dan dicelikkan
agar mengenal bahwa Allah sendiri melalui Roh Kudus telah tinggal didalam hati
kita. Didalam Roh Kudus Allah beserta dengan kita, demikian juga kristus
didalam Roh Kudus beserta kita. Jadi jika Roh Kudus tinggal didalam hati kita,
maka Bapa dan Putra juga tinggal didalam kita. Ini bukan hanya teori atau
doktrin, melainkan suatu realitas yang sungguh membahagiakan.
Mungkin kita benar-benar telah
menyadari bahwa Roh Kudus sudah ada didalam kita, tetapi sudahkan kita mengenal
bahwa Ia adalah satu Persona? Sudahkah kita mengalami bahwa memiliki Roh itu
bersama kita berarti memiliki Allah yang hidup di batin kita?
Bagi banyak orang Kristen, Roh Kudus
seolah tidak begitu nyata. Mereka menganggapNya suatu pengaruh belaka – suatu
pengaruh kearah kebaikan, itu pasti, tetapi tidak lebih dari sekedar pengrau.
Dalam pemikiran mereka, hati nurani dan Roh itu sedikit banyak dianggap sebagai
“sesuatu” yang ada didalam mereka, yang mengingatkan mereka kepada Alkitab
ketika mereka berbuat jahat dan mencoba menunjukkan kepada mereka bagaimana menjadi orang yang
baik. Persoalan yang dihadapi orang-orang Kristen di Korintus bukanlah soal
kekurang Roh yang berhuni di batin, melainkan mereka kurang mengenal
kehadiranNya.
Mereka tidak menyadari bahwa yang
maha agung itu telah masuk dan tinggal didalam hati mereka. Sebab itu Paulus
menulis kepada mereka, “Tidak tahukan
kamu, bahwa kamu adalah bait Allah, dan bahwa Roh Allah tinggal didalam kamu?”
Ya inilah jalan pernyelamatan bagi ketidak Rohanian mereka – supaya mereka tahu
siapa sebenarnya yang tinggal di batin mereka.
Pdt Felix Agus
Virgianto
Khotbah Minggu 15
Februari 2009
No comments:
Post a Comment