Translate

Thursday 30 May 2013

JALAN ORANG KRISTEN MENDEKAT ALLAH



Darah sudah memuaskan Allah, karenanya harus pula memuaskan kita. Jadi darah mempunyai nilai kedua yang ditujukan kepada manusia, yaitu mencuci bersih hati nurani kita. Ketika kita membaca surat Ibrani, kita akan menemukan khasiat darah di pihak ini. Kita sepatutnya mengalami, “hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat”. 

Ibrani 10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 


Ayat ini begitu penting benar-benar perlu diperhatikan. Penulis surat Ibrani bukan memberitahu kita bahwa darah Tuhan Yesus telah mencuci bersih hati kita. Kita keliru, jika menghubungkan hati dengan darah sedemikian. 

Doa berikut ini menunjukkan kesalahpahaman sebagai orang Kristen terhadap ruang lingkup khasiat darah. “Tuhan , bersihkanlah hatiku dari dosa dengan darahMu”. Menurut sabda Allah, hati itu “tidak tertolong bejatnya”. 


Yeremia 17:9 Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? 

Sehingga mau tidak mau Allah harus melakukan sesuatu yang telah mendasar daripada sekedar membersihkannya. Ia harus memberikan hati yang baru. 

Tentunya kita tidak akan mencuci dan menyeterika pakaian yang akan kita buang. Kita akan melihat, bahwa “daging” kita terlalu bobrok untuk dibersihkan; dia hanya patut disalibkan. Pekerjaan Allah didalam kita seharusnya merupakan sesuatu yang sepenuhnya baru. Alkitab mengatakan, “kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru didalam batinmu” 

Yeheskiel 36:26 Kamu akan Kuberikan hatik yang baru, dan roh yang baru didalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat 

Alkitab tidak mengajarkan bahwa darah Tuhan membersihkan hati kita. Pekerjaan darah tidaklah subyektif seperti itu, melainkan sepenuhnya obyektif dihadapan Allah. Memangapekerjaan pembersihan darah yang tertulis dalam surat Ibrani 10 menyinggung istilah hati, namun itupun dihubungkan dengan hati nurani. “Hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat”. 

Lalu apa makna ungkapan tersebut? Ungkapan ini berarti diantara aku dengan Allah ada suatu sekatan, sehingga setiap kali aku ingin mendekatiNya, selalu timbul perasaan bersalah didalam hati nuraniku. 

Hati nurani yang tertuduh ini terus menerus mengingatkan adanya sekatan diantara aku dengan Allah. Kini melalui peranan darah Kristus, terjadilah sesuatu yang baru dihadapan Allah kepadaku melalui firmanNya. Ketika fakta ini kuterima dengan iman, hati nuraniku segera diberishkan dan rasa bersalahku disingkirkan, sehingga aku tidak lagi memiliki hati nurani yang merasa bersalah kepada Allah. 

Kita semua tahu, betapa berharganya jika kita bisa bergaul dengan Allah tanpa perasaan hati nurani yang bersalah. Bagi kita, hati yang beriman sama pentingnya dengan hati nurani yang bebas dari segala tuduhan, karena keduanya saling berkaitan. 

Setiap kali hati nurani kita tidak tenteram, iman kita bocor, dan kita segera sadar bahwa kita tidak sanggup berhadapan dengan Allah. Sebab itu, agar hubungan kita dengan Allah terpelihara, kita harus mengenal nilai darah yang segar. Pembukuan Allah selamanya berjangka pendek, kita boleh mendekat Allah demi darah setiap hari, setiap jam, setiap menit. 

Adal kita mau bersandar kepada darah, mengambilnya sebagai dasar jalan kita menuju Allah, maka khasiat darah ini selamanya tidak akan hilang. Beranikah kita memasuki ruang maha kudus selain berdasarkan darah? 


Bila kita datang kehadirat Allah berdasarkan darah, atau berdasarkan yang lain? Apa yang dimaksud “berdasarkan darah”? dengan sederhana, ini berarti aku mengakui dosa-dosaku, aku mengakui bahwa aku membutuhkan pembersihan dan penebusan, karena aitu aku datang kepada Allah berdasarkan pekerjaan yang telah dirampungkan oleh Tuhan Yesus. 

Aku hanya berdasarkan perbuatanNya datang kehadirat Allah, bukan berdasarkan pencapaianku, sepert kebaikan hati, atau kesabaranku yang luar biasa hari ini, atau karena aku telah melakukan sesuatu untuk Tuhan pagi ini. 


Tidak demikian. Setiap kali aku datang ke hadirat Allah, aku harus berdasarkan darah. Ketika kita ingin menghampiri Allah, kita sering tergoda dengan “mengira Allah telah membereskan kita (untuk lebih banyak membawa kita kedalan diriNya, Ia mengajarkan pelajaran salib yang lebih dalam kepada kita) lalu Iapun menetapkan standar baru bagi kita. Tanpa standar itu, mustahil kita memiliki hati nuranai yang bersih dihadapanNya” Tidak! 

Hati nurani yang bersih tidak pernah berdasar pada pencapaian kita, melainkan mutlak berdasarkan pada pekerjaan pencurahan darah Tuhan Yesus. Bila orang Kristen beranggapan “Hari ini aku sudah lebih berhati-hati; hari ini aku sudah lebih baik, pagi ini aku membaca firman Tuhan dengan lebih dairah dan tekun; maka hari ini aku dapat berdoa dengan lebih baik” atau 

“Hari ini aku mengalami sedikit kesulitan dengan keluarga, sejak pagi aku sudah merasa stress dan tertekan, sekarang ini tidak terlalu jernih; tampak ada sesuatu yang tidak beres pada diriku; sebab itu aku tidak menghampiri Allah” 

Sebenarnya apakah dasar anda untuk menghampiri Allah? Apakah anda menhampiri Allah berdasarkan hal-hal yang tidak pasti seperti perasaan Anda yang mengira hari ini anda dapat melakukan sesuatu bagi Allah? Atau berdasarkan sesuatu yang lebih teguh dan aman, yaitu fakta bahwa darah telah tercurah, dan bahwa Allah memandang darah itu dan merasa puas karenanya? 

Tentu saja, seandainya darah itu bisa mengalami perubahan, maka darah itu tidak dapat dijadikan dasar untuk menghampiri Allah. Namun darah tidak pernah berubah dan tidak mungkin berubah. Sebab itu anda dapat dengan penuh keberanian menghampiri Allah, dan keberanian itu anda miliki berdasarkan darah, bukan berdasarkan pencapaian pribadi anda sendiri. 

Ingatlah, tidak peduli apapun yang sudah anda capai hari ini, kemarin atau hari-hari sebelumnya, begitu anda hendak masuk ke dalam ruang mahakudus, anda tetap harus segera berpijak pada dasar yang aman dan satu-satunya, yaitu darah yang telah tercurah. 


Entah sepanjang hari ini anda baik atau buruk, berdosa atu tidak, dasar anda untuk menghampiri Allah tetap hanya satu yaitu darah Kristus. Inilah dasar bagi anda untuk masuk ke dalam ruang maha kudus, selain itu tidak ada lagi. 

Seperti banyak pengalaman kekristenan kita yang lain, jalan menghampiri Allah juga memiliki dua tahap; tahap awal dan tahap lanjutan. 


Tahap Awal : diperlihatkan kepada kita dalam Efesus 2 

Tahap Lanjutan : dalam Ibrani 10 

Pada tahap awal, kita menghampiri Allah, adalah melalui darah, sehingga kita bisa berdiri bersama Tuuhan; kita “sudah menjadi dekat oleh darah Kristus” Efesus 2:13. Setelah itu, penghampiran kita kepada Allah berdasarkan darah. 

Rasul menganjurkan kita, “Jadi, saudara-saudara, kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, oleh darah Yesus, Karena itu, marilah kita menghadap Allah…” Ibrani 10:19;22 


Kita memulainya berdasarkan darah, selanjutnya untuk memelihara hubungan yang baru itu, tetap melalui darah. Bukan setelah diselamatkan oleh darah, aku lalu memelihara persekutuanku dengan Allah berdasarkan hal yang lain. 

Mungkin anda berkata, “itu sangat mudah, itu hanyalah langkah awal dari injil”. Benar, namun persoalannya justru banyak diantara kita telah meninggalkan langkah ini. 


Kita mengira, kita sudah maju dan boleh meninggalkannya. Tetapi sebenarnya kita tidak boleh meninggalkan langkah awal dari injil. Sebagaimana pendekatan awalku kepada Allah adalah demi darah. 

Selanjutnya, setiap kali aku datang kepada Allah adalah demi darah. Selanjutnya setiap kali aku datang kehadapanNya, tetap harus demi darah. Sampai akhir, dasarnya tetap satu, yaitu darah Kristus Tuhan. 

Kita mungkin saja lemah, tetapi selalu memandang kelamahan kita, tidak akan membuat kita menjadi kuat. Mencoba merasakan keburukan dan menyesalinya tidak akan membuat kita menjadi kuat. 

Mencoba merasakan keburukan dan menyesalinya tdak akan membuat kita lebih kudus; semua itu tidak dapat menolong kita. Karena itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri Allah dengan darah, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri Allah dengan darah. 

Marilah kita berdoa, “Tuhan, aku belum paham sepenuhnya nilai darah, tetapi aku tahu, darah itu telah memuaskanMu, ada darah itu cukuplah bagiku. Itulah sandaranku satu-satunya. Kini aku mulai tampak, entah aku sudah maju atau sudah mencapai sesuatu atau tidak, tidaklah penting. Setiap kali aku datang kepadaMu dasarku melaui darah Kristus”. 

Jika demikian, hati nurani kita menjadi bersih dihadapan Allah. Tanpa darah, hati nurani tidak mungkin bersih. Darahlah yang memberi kita keberanian. “Tiadalah lagi berasa dosa pada hatinya!” inilah perkataan yang mengagumkan dalam Ibrani 10:2 TL. 

Kita dibersihkan dari setiap dosa, dan bersama Paulus kitapun dapat menggemakan perkataan Daud, “Berbahagialah orang yang dosanya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya” Roma 4:8 

Pdt. Felix Agus Virgianto 
Khotbah minggu 12 Oktober 2013 








No comments:

Post a Comment