Translate

Friday 9 December 2011

ANUGERAG DAN HUKUM TAURAT (2)


Dalam Perjanjian Lama ada satu yang bisa membantu kita agar lebih jelas terhadap hal ini, yaitu tentang tirai pemisah antara ruang kudus dan ruan mahakudus. Di atas tirai itu terdapat sulaman berbentuk kerub Keluaran.26:31; 2Tawarih.3:14. Yehezkiel.1:10 dan 10:14 memperlihatkan kepada kita, di antara gambar-gambar muka ada pada kerub itu ada gambar muka manusia, yang mewakili manusia sebagai kepala dari segala mahluk ciptaan. Mazmur.8:4-8.


Pada zaman Perjanjian Lama, Allah bersemayan di balik tirai dan manusia di luar tirai. Manusia bisa melihat tirai tetapi tidak bisa melihat sebelah dalamnya. Tirai itu melambangkan tubuh daging Tuhan Ibrani.10:12. Sebab itu, dalam kitab-kitan Injil, manusia hanya bisa melihat bentuk lahiriah Tuhan kita, dan selain mendapatkan wahyu dari Allah Matius.16:16-17 manusia tidak bisa nampak Allah yang bersemayan di dalam diri Tuhan.
Tirai pembatas ruang Kudus dan Maha Kudus
Ketika Tuhan Yesus meninggal, Allah membelah tirai Bait Suci dari atas ke bawah Matius.27:51 dan sejak saat itu manusia bisa memandang langsung ke dalam ruang mahakudus. Jadi sejak Tuhan Yesus mati, Allah tidak lagi menyembunyikan diriNya di balik tirai, Ia telah mewahyukan diriNya 1Korentus.2:7-10.

Pertanyaan kita, apa yang terjadi dengan kerub itu tatkala tirai terbelah? Memang Allah hanya membelah tirai, tetapi kerub itu tersulam di atas tirai, telah menjadi satu dengan tirai. Ketika tirai terbelah, mustahil kerub itu tetap urtuh. Ketika tirai terbelah, kerub itu juga ikut terbelah. Jadi, dalam pandangan Allah, ketika Tuhan Yesus mati, segenap makhuk ciptaan pun matilah. “Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus.”


Suami perempuan itu mungkin sangat sehat dan kuat, tetapi perempuan itu telah mati, si suami boleh saja menutut kemauannya menuntut sebanyak-banyaknya, namun si perempuan sama sekali tidak terpengaruh. Kematian telah membebaskan perempuan itu dari semua tuntutan suaminya. Kematian almuhit Yesus Kristus telah membebaskan kita selamanya dari hukum Taurat. 

Bukan Cuma itu. Tuhan kita tidak tetap tinggal di dalam kubur. Pada hari ketiga, dan karena kita ada di dalamNya, kita pun bangkit bersamaNya. Tubuh Tuhan Yesus tidak hanya menyatakan kematianNya, tetapi juga menyatakan kebangkitanNya, karena kebangkitanNya adalah kebangkitan tubuh.


Jadi, “oleh tubuh Kristus” kita tidak hanya “ mati bagi hukum Taurat”, tetapi juga”hidup bagi Allah.” Tujuan Allah dalam menyatukan kita dengan Kristus tidak hanya memiliki aspek negatif, juga memiliki aspek positif dan mulia - “supaya kamu menjadi milik orang lain” Roma.7:4.

Kematian telah memutuskan hubungan pernikahan yang lama, sehingga perempuan itu, yang putus asa karena tuntutan yang terus-menerus dari suaminya yang dulu- yang tidak pernah memberikan bantuan seujung jari pun untuk melaksanakan tuntutannya, - kini bebas menikah dengan Lelaki lain yang meskipun juga menuntutnya melakukan banyak permintaan, tetapi Ia sendiri di dalam dirinya menjadi kekuatan untuk memenuhi semua tuntutanNya.

Lalu, apa hasil dari kesatuan yang baru ini? “Agar kita berbuah bagi Allah” Roma.7:4. Oleh tubuh Kristus, perempuan yang bodoh dan berdosa itu telah mati, tetapi karena bersatu dengan Dia dalam kematian, ia pun bersatu denganNya dalam kebangkitanNya, dan dalam kuasa kebangkitan itu, ia berbuah bagi Allah.


Hayat dari Tuhan yang telah bangkit itu memberinya kekuatan dari dalam terhadap tuntutan kekudusan Allah atas dirinya. Hukum Taurat Allah tidak di hapuskan, melainkan sepenuhnya tergenapi, karena Tuhan Yesus yang bangkit kini menghidupkan hayatNya di dalam perempuan itu, dan hayatNya selam-lamanya diperkenan Bapa.

Perkara apa yang paling jelas terjadi bila seorang perempuan menikah? Namanya berubah. Ia tidak lagi menyandang namanya sendiri, melainkan nama suaminya. Si perempuan bukan hanya berbagian dalam nama suaminya, juga atas harta bendanya. Semua yang dimiliki oleh suaminya menjadi miliknya Dalam sekejap mata ia menjadi kaya raya.


Demikian pula yang terjadi ketika kita bersatu dengan Kristus. Semua yang menjadi milikNya menjadi milik kita; dan dengan Dia sebagai sumber yang tidak terbatas sabagai modal kita, kita tidak perlu takut lagi tidak mampu memenuhi semua tuntutanNya.

AKHIR KITA ADALAH AWAL ALLAH

Setelah kita membahas segi doktrinal dari persoalan di atas, kini kita harus kembali kepada segi praktisnya. Kita akan membahas aspek negatifnya lebih dulu; aspek positifnya akan kita bahas dalam bab berikutnya. Dalam hidup sehari-hari, apa artinya terlepas dari hukum Taurat? Dengan penekanan yang mungkin berlebihan, itu berarti sejak saat ini, aku tidak perlu lagi melakukan apa-apa untuk Allah; aku tidak perlu lagi berusaha menyenangkan hatiNya.

Mungkin Anda akan dengan sangat terkejut berkata, “Ajaran apa ini Ajaran sesat yang mengerikan! Terlepas dari hukum Taurat tidak mungkin berarti demikian!” Tetapi ingatlah. Jika aku berusaha untuk berkenan kepada Allah”didalam daging”, aku segera menempatkan diriku di bawah hukum Taurat.


Aku telah melanggar hukum Taurat, dan hukum Taurat telah menjatuhkan hukuman mati; hukuman itu telah dilaksanakan dan kini demi kematian, aku yang bersifat daging ini Roma.7:14. Telah terlepas dari semua tuntutan hukum Taurat Hukum Taurat masih ada dan kini sesungguhnya ada satu hukum baru yang jahu lebih serius daripada hukum yang lama.

Puji Allah! Tuntutannya itu telah dipenuhi, karena Kristuslah yang memenuhi tuntutan itu; Kristuslah yang mengerjakan di dalamku apa yang berkenan kepada Allah. Dia berkata, “Aku datang....... untuk menggenapinya[hukum Taurat] Matius.5:17. Sebab itu, di atas dasar kebangkitan, Paulus dapat berkata, “ Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.....karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.


Filipi.2:12-13. Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu. Jadi, kelepasan dari hukum Taurat bukan berarti kita bebas dan tidak perlu melakukan kehendak Allah. Hal ini juga bukan berarti kita boleh bertindak di luar hukum. Bukan demikian! Hal itu berarti, kita tidak lagi bersandarkan diri sendiri melakukan kehendak Allah .

Karena kita benar-benar tahu bahwa kita tidak dapat melakukan kehendak Allah; kita tidak lagi berusaha mencari perkenan Allah berdasarkan manusia lama kita. Setelah kita mencapai keadaan yang membuat kita sama sekali kecewa terhadap diri kita, kita akan berhenti berusaha, dan kemudian kita memohon kepada Tuhan untuk menyatakan hayat kebangkitanNya di dalam kita.


Bila ada seseorang yang hanya mampu mengangkat sesuatu 50 kg tetapi barang yang ada berbobot 100 kg. Orang tersebut tahu benar bahwa dirinya tidak mampu mengangkat seberat itu. Jika orang tersebut pandai, ia akan berkata,”Aku tidak mau mengangkatnya!

Namun di dalam diri manusia ada sifat ingin mencoba-coba, sehingga meskipun ia tahu bahwa dirinya tidak mungkin mengangkatnya ia masih juga mencoba mengangkatnya. Semakin cepat kita berhenti mencoba, semakin baik. Sebab, kalau kita memonopoli tugas itu, Roh Kudus tidak akan mendapat tempat.


Jika kita berkata,”Aku tidak akan melakukannya; aku percaya Engkau akan melakukannya untukku”, kita akan menemukan bahwa suatu Kuasa yang lebih besar daripada diri kita akan membawa kita melewati persoalan itu. Bila kita telah melihat bahwa Allah tidak lagi menuntut kita apa-apa dari diri kita.

Kalau demikian, aku tidak perlu lagi melakukan sesuatu untukMu!” Sekarang apa yang kita lakukan itu adalah syukur kita kepadaNya atas segala sesuatu yang telah di selesaikannya buat kita oleh Yesus Kritus. Perintah Allah tidak berubah, tetapi kita bukanlah orang-orang yang dapat memenuhinya.

Puji Allah, di atas takhta ,Dia adalah yang memberi hukum; di dalamku, Dia adalah Pemelihara hukum. Dia yang mengeluarkan hukum, Dia pula yang memeliharanya. Ia mengajukan tuntutan, tetapi Ia juga yang memenuhinya. Selama kita masih berusaha melakukan sesuatu, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Karena kita masih berusaha, maka kita gagal, gagal dan gagal. Allah ingin menunjukkan kepada kita, bahwa kita sama sekali tidak dapat melakukan apa-apa, dan bila hal itu sepenuhnya kita sadari, kekecewaan dan khayalan kita akan berhenti.

Seseorang yang selalu bergumul untuk mencapai kemenangan Allah akan membiarkan, tetapi setelah seseorang merasa lemah dan tidak berdaya dirinya telah sadar bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa, Allah akan segera melakukan segalanya.

Kita semua perlu mencapai keadaan yang membuat kita berkata, Tuhan, aku tidak mampu melakukan apa-apa untukMu, tetapi aku percaya Engkau dapat melakukan segalanya di dalamku.” Bila ada orang tenggelam dan hanyut dan orang lain yang segera menolong orang tersebut selagi orang yang tenggelam itu masih kuat maka orang yang menolong orang yang tenggelam akan ikut tenggelam juga, tetapi bila orang yang tenggelam sudah tidak berdaya maka orang yang menolongnya akan dengan mudah untuk menolong orang yang tenggelam itu.

Orang yang hanyut dan tenggelam hanya dapat ditolong jika ia benar-benar tidak berdaya dan tidak bisa lagi berusaha menyelamatkan dirinya. Sudahkah kita nampak hal ini? Bila kita menyerahkan perkaranya, Allah akan menanganinya. Dia terus menanti sampai tenaga kita benar-benar habis dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi.

Allah telah menghukum semua yang berasal dari ciptaan lama dan menyerahkannya kepada salib. Karena itu daging sama sekali tidak berguna! Jika kita masih mencoba melakukan sesuatu di dalam tubuh daging kita, ini berarti kita telah menolak salib Kristus.

Allah telah menyatakan bahwa daging hanya patut mati. Jika kita percaya akan pernyataan Allah, kita akan menegaskan ketetapan Allah dengan meninggalkan semua daging untuk menyenangkan hatiNya. Setiap usaha sendiri untuk melakukan kehendakNya adalah penyangkalan ketetapanNya di salib, bahwa kita sepenuhnya tidak berdaya melakukannya. Daya upaya kita menyatakan bahwa kita telah menyalahpahami tuntutan Allah dan menyalahpahami sumber suplai.

Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 15 Maret 2009

No comments:

Post a Comment