Yesus meredakan angin ribut |
Saat ini banyak orang Kristen sangat memperhatikan masalah kekuatan. Tetapi Tuhan telah menyelamatkan kita bukan hanya untuk memiliki kekuatan, tetapi juga memiliki kekuasaan [ otoritas ]. Orang yang berada di dalam alam surgawi tidak hanya memiliki kekuatan, tetapi juga memiliki otoritas.
Orang yang memiliki otoritas, tidak hanya bisa menggerakkan orang lain, tetapi juga di segani dan ditakuti. Misalnya, ada saudara yang mengasihi dunia dan hidup menurut daging. Ketika mereka melihat seorang saudara mengasihi Tuhan, menuntut Tuhan dan hidup dalam roh, mereka akan mendambakannya dan tergerak.
Ini adalah perkara kekuatan. Tetapi jika mereka bertemu dengan saudara lainnya hidup di alam kenaikan, mereka tidak hanya merasa ada suatu kekuatan yang membuat mereka tergerak, tetapi juga membuat mereka merasa bahwa di atas diri saudara tersebut ada sesuatu yang patut disegani dan ditakuti. Pada diri saudara demikian penuh realitas surgawi, karena itu mereka juga penuh otoritas surgawi.
Maka, ketika mereka berjalan di tengah-tengah orang, mereka membawa suatu penampilan yang menggentarkan, sehingga di segani orang lain. Ketika kita membaca Kidung Agung kita akan nampak bahwa orang yang mencari [ menuntut ] Tuhan bertumbuh dalam hayat sampai tingkat yang sedemikian rupa sehingga ekspresinya sangat disegani dan ditakuti.
KIDUNG AGUNG.6:10. Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya?"
Di sini fajar merekah, bulan, dan matahari adalah benda-benda yang ada di langit. Karena itu, saat ini keadaan orang ini sepenuhnya surgawi . Dengan kata lain, pengalaman hayatnya telah mencapai alam kenaikan. Jadi, keadaannya memberikan perasaan penuh kegentaran kepada orang lain. Ini karena ia berada dalam posisi kenaikan dan memiliki otoritas surgawi. Otoritas inilah yang menyebabkan orang lain menjadi sangat gentar dan hormat. Otoritas yang kita peroleh dalam posisi kenaikan adalah dasar kita menanggulangi iblis, dan menang atasnya.
LUKAS.10:19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.
Ular yang disebutkan oleh Tuhan mengacu kepada iblis, dan kalajengking mengacu kepada roh-roh jahat, utusan iblis. Mereka adalah musuh-musuh kita. Yang mereka miliki adalah kekuatan tetapi Tuhan memberikan otoritas kepada kita. Tuhan memberi kita otoritas untuk menanggulangi kekuatan musuh.
Kita dapat menggambarkannya dengan sebuah mobil yang bergerak di jalan. Meskipun mobil ini penuh kekuaan, tetapi seorang polisi lalu lintas memiliki otoritas . Ketika ia mengangkat tangannya, mobil harus berhenti. Begitu juga suatu pasukan. Meskipun ia memiliki kekuatan yang besar, tetapi kepala pasukan memiliki otoritas atasnya. Ketika ia memberikan suatu perintah, pasukan itu harus menaati. Ini membuktikan bahwa otoritas melampaui kekuatan dan dapat mengendalikan kekuatan. Karena itu, otoritas lebih besar daripada kekuatan.
Tetapi otoritas sepenuhnya tergantung kepada posisi. Ada posisi, baru ada otoritas, tanpa posisi, tidak ada otoritas. Seorang polisi yang tanpa seragam dan tidak berada pada posisinya, tidak memiliki otoritas untuk mengatur lalu lintas di jalan. Seorang kepala pasukan yang mengambil cuti dari tugasnya, tidak memiliki otoritas untuk memerintah pasukannya.
Sama halnya, otoritas surgawi sepenuhnya tergantung pada posisi kenaikan kita. Setiap kali kita kehilangan posisi kenaikan kita juga kehilangan otoritas rohani. Karena itu, untuk memiliki peperangan rohani pertama-tama harus mengenal posisi kenaikan, dan kedua harus memelihara posisi kenaikan. Hanya dengan demikian baru kita bisa menanggulangi musuh. Dalam perjalanan Paulus kali kedua ia sedang memberitakan di Filipi, seorang hamba perempuan dengan roh tenung mengikutinya dari belakang dan berseru-seru. Paulus merasa terganggu, berpaling dan berkata kepada roh itu,” Dalam nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.”
Seketika itu juga keluarlah roh itu. KISAH RASUL.16:16-18. Paulus di sini berdiri pada posisi kenaikan dan menggunakan otoritas surgawi untuk mengusir kekuatan musuh yang mengganggu. Demikian juga, hari ini, jika kita berdiri pada posisi kenaikan, secara langsung kita dapat memerintah lingkungan, menghardik kesulitan-kesulitan dan membinasakan semua pekerjaan musuh. Sayang doa-doa orang Kristen hari ini terlalu sedikit yang mengandung perintah berotoritas.
Sebaliknya, sebagian besar doa-doa merupakan permintaan yang kasihan, karena itu, tidak dapat menanggulangi musuh, hanya dapat meminta belas kasihan Allah. Ini membuktikan bahwa posisi kita sebenarnya masih berada di bumi dan belum naik ke surga. Karena kita tidak dalam posisi kenaikan, maka kita tidak memiliki otoritas surgawi. Kita tidak dapat berpura-pura dalam perkara ini.
Akan tetapi, begitu seseorang memiliki realitas kenaikan, ia tidak perlu mempertontonkan atau mengadakan suatu pertunjukan kekuatan, secara alami ia dinaungi dengan suatu penampilan surgawi, secara dengan atmosfir surgawi, dan berhias dengan kecantikan seperti bulan dan cerah seperti matahari. Ini menyebabkan orang lain merasa hormat dan gentar. Tidak hanya manusia yang gentar kepadanya, bahkan roh-roh jahat pun gentar kepadanya. Hanya orang semacam inilah yang dapat berdiri dalam posisi kenaikan. Menggunakan otoritas surgawi, dan terlihat dalam peperangan rohani. Karena itu, untuk mengenal kenaikan, kita juga harus mengenal posisi peperangan.
V.PENGALAMAN KENAIKAN.
Begitu kita beroleh selamat, kita sudah memperoleh posisi kenaikan, tetapi bagai mana kita mengalami kenaikan? Sederhana, pengalaman kenaikan adalah hasil kita mengalami kematian dan kebangkitan. Seperti Kristus mencapai kenaikan melalui kematian dan kebangkitan, kita juga bisa mengalami kenaikan melalui kematian dan kebangkitan.
Mari kita melihat sejarah bani Israel masuk Tanah Kanaan. Begitu mereka meninggalkan pengembaraan padang gurun dan menyeberangi Sungai Yordan, mereka masuk ke Tanah Kanaan, Tanah Kanaan melambangkan Kristus yang almuhit di alam surgawi. Pada saat yang sama, ia juga melambangkan alam surgawi.
Karena itu, ketika bani Israel masuk ke Tanah Kanaan, secara lambang, mereka masuk ke alam surgawi. Ketika mereka menyeberangi Sungai Yordan, mereka mengubur dua belas batu i dasar sungai, melambangkan kematian dan penguburan mereka. Kemudian mereka memindahkan dua belas batu dari dasar sungai, melambangkan kebangkitan mereka. Mereka membawa ke duabelas batu ini ke Tanah Kanaan, melambangkan mereka melalui kematian dan kebangkitan dan memasuki alam surgawi.
Karena itu, masuknya mereka ke Tanah Kanaan setelah menyeberang Sungai Yordan melambangkan pengalaman kenaikan kita melalui kematian dan kebangkitan. Kapan kala kita mengalami kematian dan kebangkitan, kita mencapai alam kenaikan. Mari kita kembali melihat orang yang mencari Tuhan dalam Kidung Agung.
Ia juga melalui pengalaman kematian dan kebangkitan, berangsur-angsur mencapai alam kenaikan. KIDUNG AGUNG,1:9. Tuhan memujinya untuk kali pertama, mengatakan bahwa ia seperti “ kuda betina dari pada kereta-kereta Firaun.” Kuda dari kereta-kereta Firaun adalah kuda Mesir. Meskipun cepat dan kuat, tetapi berasal dari Mesir, yang melambangkan dunia, Ini menunjukkan bahwa meskipun pada saat itu ia sungguh cepat dan penuh kekuatan dalam pencariannya kepada Tuhan dan mengikutiNya, ia masih duniawi.
Sampai pasal 2:2 Tuhan memujinya dengan mengatakan bahwa ia “ seperti bunga bakung di antara duri-duri,” Ini berarti meskipun ia menempuh kehidupan yang bersih dan yang menerima pemeliharaan Allah, seperti bunga bakung, tetapi ia masih bertumbuh di bumi. Sampai pasal 3:6, Tuhan membicarakannya seperti seorang “ yang membumbung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpalan asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam serbuk wangi dari pedagang.” Padang gurun melambangkan keadaan pengembaraan rohani orang Kristen.
Tadinya ia mengembara di padang gurun, sekarang ia datang dari padang gurun. Ini berarti ia telah terlepas dari kehidupan pengembaraan. Pada saat yang sama, ia tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam serbuk wangi dari pedagang. Mur melambangkan kematian Kristus, kemenyan melambangkan kebangkitan Kristus, dan serbuk wangi dari pedagang melambangkan kekayaan rohani yang diperoleh dengan harga tertentu. Sekarang karena ia telah membayar harga dalam pencariannya, ia tersaput dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Karena itu, keadaannya seperti gumpalan-gumpalan asap yang naik dari bumi.
Ia telah melalui kematian dan kebangkitan dan telah mulai memiliki sedikit pengalaman kenaikan. Selanjutnya, dalam pasal.6:10. Pujian Tuhan terhadapnya semuanya surgawi. Pada saat ini, keadaan rohaninya laksana fajar merekah, bagaikan bulan purnama, dan bagaikan surya. Ia benar-benar berpadanan dengan surya, bulan, dan bintang-bintang dalam KEJADIAN.1:16-17, terletak di langit dan menyinari seluruh bumi, supaya orang-orang di bumi dapat menerima suplaiNya.
Pada saat yang sama ia juga memiliki otoritas surgawi, ia dihormati dan ditakuti. Sekarang ia telah sepenuhnya mengalami kenaikan. Kesimpulannya, kenaikan adalah hasil dari mati dan bangkit. Begitu kita melewati kematian salib dan masuk kedalam kebangkitan, kita mencapai puncak kenaikan. Jadi, jika kita ingin mengalami kenaikan, terlebih dulu kita harus mencari pengalaman mati danbangkit.
Dengan tegas kita harus mematikan segala sesuatu yang berasal dari dosa, dunia, tempramen, daging, diri dan alamiah dengan salib Tuhan dan masuk ke dalam kebangkitan Tuhan melalui Roh Kudus. Kemudian, kita dapat memiliki pengalaman kenaikan dan menjadi umat surgawi dalam alam kenaikan.
Pdt. Felix Agus Virgianto
Khotbah Minggu Tgl. 26 APRIL 2009
No comments:
Post a Comment